Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM menyatakan selama bulan Maret telah terjadi 146 kejadian gerakan tanah/tanah longsor di 43 kabupaten/kota, di mana sebagian besar terjadi di Pulau Jawa.
"Dampak kejadian tersebut, mengakibatkan 431 rumah/bangunanrusak, 8 orang meninggal. Kejadian longsor juga berulang kali terjadi dikawasan Puncak (Cianjur dan Bogor) termasuk kawasan Puncak Pass," kata Kepala PVMBG, Badan Geologi, Kementerian ESDM, Kasbani, di Bandung, Selasa.
Ia mengatakan kejadian gerakan tanah/longsor selama periode Maret 2018 yang melanda sebagian besar Pulau Jawa, Sulawesi, Maluku, Papua dan sebagian Sumatera dipicu oleh intensitas curah hujan yang sangat tinggi.
Sebenarnya, kata dia, longsor di kawasan Puncak di kawasan Bogor dan Cianjur tersebut sudah sering, kejadian pertama kali terjadi Januari 2009, 2013 dan 2014 tepatnya pada kolam dan taman bagian belakang Hotel Puncak Pass Resort.
"Sehingga penanganan longsor secara komprehensif dan menyeluruh (penguatan lereng dengan tiang pancang, perbaikan drainase dan sub drainase lereng) mulai bagian atas sampai bagian bawah lereng harus dilakukan, mengingat luasan dan volume gerakan tanah yang luas pada area tersebut termasuk area dibelakang Hotel Puncak Pas Resort yang berdekatan dengan pemukiman," kata dia.
Menurut dia, potensi gerakan tanah/longsor pada bulan April 2018, berdasarkan Peta Peringatan Potensi telah terjadi gerakan tanah longsor yang merupakan Overlay Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Longsor dari Badan Geologi, dengan hasil prakiraan curah hujan dari BMKG menunjukan bahwa potensi longsor dan banjir bandang di lndonesia pada bulan April 2018 sedikit berkurang jika dibandingkan dengan bulan Februari dan Maret.
Namun demikian, lanjut dia, potensi terjadinya gerakan tanah di seluruh Indonesia masih mungkin terjadi terutama di Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur.
Kemudian Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, Papua.
Dia menuturkan meskipun potensi longsor pada bulan April 2018 cenderung menurun, namun masyarakat dan pemerintah daerah tetap perlu meningkatkan kesiapsiagaan.
Menurut dia longsor yang terjadi pada saat bukan musim penghujan ini menyebabkan masyarakat kurang waspada karena hujan sudah tidak ada dan beraktivitas normal seperti berkebun atau ke sawah.
Sehingga masyarakat yang tingal di bawah atau pada lereng terjal, di daerah aliran sungai atau sepadan sungai harus senantiasa waspada terhadap ancaman longsoran pada saat hujan dan tidak hujan, serta mengenal tanda-tanda awal sebelum longsor.
Tanda-tanda awal longsor ini umumnya muncul retakan pada lereng, beberapa pohon atau tiang listrik sudah mulai miring, tiba-tiba muncul rembesan pada lereng, runtuhan batu kecil mulai terjadi, terjadi pembendungan sungai atau air sungai tiba-tiba tidak mengalir dan lereng tiba-tiba mengembung.
"Kearifan lokal seperti ini perlu ditingkatkan lagi mengingat korban akibat bencana longsor masih tinggi. Jika mengenali tanda-tanda awal longsor tersebut sebaiknya mengungsi dulu atau menjauhi lereng," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat