Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengharapkan sektor andalan ekspor Indonesia tidak lagi bergantung pada komoditas, namun berbasis pada produk industri manufaktur.
"Komoditas memang penting dalam ekspor, tapi kita ingin kedepan nonkomoditas, lebih ke industri," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Jumat (20/4/2018).
Darmin mengatakan pemerintah mulai membenahi struktur ekspor dengan mengundang penanaman modal di sektor manufaktur maupun industri lainnya agar investasi tersebut bisa menghasilkan nilai tambah yang bermanfaat untuk penguatan ekspor.
Ia mengingatkan pembenahan dalam sektor ekspor ini sangat penting karena meski ekspor komoditas seperti mineral dan batubara, minyak dan gas maupun CPO menyumbang surplus pada neraca perdagangan, dampaknya tidak bertahan lama dalam situasi saat ini.
"Kalau komoditas, semestinya tidak terlalu lama, karena dunia juga lagi tekan menekan soal dagang," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Maret 2018 mencapai 15,58 miliar dolar Amerika Serikat, naik sebesar 10,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai 14,13 miliar dolar AS.
Beberapa sektor tercatat mengalami kenaikan kinerja ekspor, seperti sektor pertanian naik sebesar 20,01 persen, industri pengolahan naik 9,17 persen serta pertambangan dan lainnya naik 22,66 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2018 terhadap Februari 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar 358,9 juta dolar AS, diikuti besi dan baja sebanyak 209,7 juta dolar AS, dan bijih, kerak, dan abu logam sebesar 133,3 juta dolar AS.
Kondisi ini yang merupakan pemicu terjadinya surplus neraca perdagangan Indonesia senilai 1,09 miliar dolar Amerika Serikat (AS), setelah pada periode Januari dan Februari 2018 mengalami defisit.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil