Institut for Development of Economic and Finance (Indef) menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II-2018 yang menguat signifikan bakal sulit terulang di kuartal berikutnya. Ini artinya pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 akan kembali turun.
Menurut Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati, momentum musiman bulan?Ramadan dan Lebaran, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di 171 daerah, dan percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi kontributor utama terjadinya peningkatan pertumbuhan.
"Kalau energi tadi sudah habis, jadi bagaimana kita bisa optimis. Tapi mudah-mudahan di kuartal III cukup tersedia alternatif untuk bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi," kata Enny di Kantor Indef, Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Dia mengungkapkan, kembali terbatasnya ekonomi di kuartal III 2018 karena terdapat sejumlah paradoks atas kinerja variabel makro ekonomi yang menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebut saja kegagalan stimulus fiskal pemerintah.
Realisasi belanja APBN Triwulan II 2018 mencapai Rp523,70 triliun (23,58%), bahkan realisasi Bansos triwulan II-2018 Rp27,19 triliun, naik 67,57% dibandingkan dengan triwulan II-2017.
Pada triwulan II-2018, belanja Pemerintah tumbuh 5,26%, sehingga kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi naik dari 6,31% pada triwulan I menjadi 8,5% pada triwulan ll-2018. Hal ini ditopang Tunjangan Hari Raya (THR) pegawai negeri sipil.
"Sayangnya akselerasi belanja Pemerintah tersebut hanya berdampak pada peningkatan sektor konsumtif (konsumsi rumah tangga). Sementara sektor produktif (investasi) justru mengalami penurunan, baik dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya," jelasnya.
Sebagai gambaran, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan?I-2018 tumbuh 7,95% dengan kontribusi 32,12%. Namun pada triwulan II-2018 hanya tumbuh 5,87% dan kontribusinya turun menjadi 31,15%.
"Peningkatan belanja pemerintah hingga?dua kali lebih tinggi dari triwulan I-2018 tidak menunjukkan fungsinya sebagai stimulus untuk menggerakkan sektor produksi. Hal ini terlihat dari melambatnya investasi (PMTB) dan industri pengolahan yang kemudian berdampak terhadap menurunnya ekspor dibandingkan triwulan I," jelas Enny.
Bahkan sektor produktif dalam negeri, terutama sektor industri manufaktur nonmigas justru melorot dari 5,07% ke 4,41%. Secara keseluruhan pertumbuhan sektor industri anjlok hanya 3,9% pada triwulan II.
Ekonomi Indonesia kuartal II-2018 tumbuh sebesar 5,27%?(yoy).?Ini peningkatan yang signifikan dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 5,06%?(yoy).
"Artinya, dampak dari peningkatan belanja Pemerintah hanya berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga dari 4,95% pada triwulan I-2018 menjadi 5,14% pada triwulan II-2018, termasuk ditopang oleh momentum Lebaran dengan adanya THR dan Pilkada," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti