Ini yang Perlu Diketahui Pimpinan dalam Membentuk Budaya Perusahaan
HubSpot Chief People Officer, Katie Burke mendefinisikan budaya perusahaan sebagai "seperangkat keyakinan, nilai, dan praktik bersama" yang bertindak sebagai "sistem operasi" perusahaan.
Menurut Burke, budaya ini tidak hanya menarik para karyawan, tapi juga dapat memperkuat kemampuan mereka.
Dalam rencana membentuk budaya perusahaan, Burke menawarkan enam saran dalam menjalankan nilai perusahaan seperti dikutip dari TechinAsia.com.
1. Para pemimpin dan manajer perusahaan harus mengetahui, memahami, dan hidup dengan nilai perusahaan, serta menyampaikannya pada yang lain.
Menurut Burke, HubSpot mencoba mencapai hal ini dengan menyelaraskan performa manajemen dengan kepatuhan seseorang terhadap nilai-nilai. Apakah mereka tahu dan menghidupi nilai perusahaan?
Misalnya, perusahaan mempunyai sistem pengecekan manajemen yang dilakukan sebanyak tiga kali setahun. Para manajer dievaluasi untuk mengetahui apakah mereka mewujudkan nilai-nilai HubSpot: kerendahan hati, empati, kemampuan beradaptasi, kemampuan berbicara, dan transparasi.
Sebagai tambahan, perusahaan baru saja memberlakukan sistem bonus dari kolega, di mana seorang karyawan dapat memberikan bonus kecil dalam bentuk tunai kepada rekan kerjanya yang ia anggap dapat menyelesaikan tanggung jawab dengan sangat baik.
2. Para kandidat harus mengetahui nilai perusahaan dan para perekrut harus menyeleksi aspek ini untuk memperkuat flywheel perusahaan
Burke menyarankan untuk selalu bertanya pada diri sendiri, "Apakah orang ini dapat menambah hal positif terhadap budaya perusahaan kita?" Kamu sebaiknya tidak hanya melihat orang yang cocok, melainkan mencari orang yang dapat memberikan tambahan nilai positif pada perusahaan.
HubSpot melakukan seleksi dengan memberikan pertanyaan yang dapat menunjukkan kapasitas?hati kandidat.
3. Ciptakan pengalaman kerja pertama dengan fokus pada hal-hal yang kamu perjuangkan dan bagaimana kamu ingin hal tersebut dilakukan
Burke menjelaskan bahwa mereka biasanya meminta para karyawan baru untuk membuat website dengan menggunakan tool dari HubSpot. Mereka membuat para karyawan baru "mendengar dari para pelanggan, mendapatkan masukan, dan terbuka dengan masukan tersebut." Hal ini akan memperdalam empati para karyawan baru terhadap pelanggan.
4. Terbuka dengan perubahan
Burke menekankan bahwa budaya perusahaan itu hidup. Nilai-nilai budaya kamu adalah dokumen yang hidup dan bernafas. Ketika kebutuhan dari suatu bisnis berubah, kamu mungkin akan melihat nilai-nilai baru yang dapat melayani kamu dengan lebih baik.
5. Ukurlah dampak yang kamu ciptakan
HubSpot mengukur efektivitas budaya dan flywheel dengan Net Promoter Score. Membuat sebagian besar karyawan memberikan nilai 9 hingga 10 merupakan tanggung jawab dari divisi SDM dan seluruh manajemen perusahaan.
Mereka juga mengumpulkan saran terkait pengalaman karyawan melalui survei anonim per tiga bulan. Mereka kemudian membagikan hasil survei kepada seluruh anggota perusahaan dan menganalisisnya berdasarkan lokasi, tim, masa jabatan, dan lainnya untuk melihat hal apa yang berjalan baik dan tidak.
Menurut Burke, proses ini "memakan banyak waktu dan tenaga." Tapi, HubSpot melakukan hal tersebut sebagai bentuk "pengecekan organisasi tentang bagaimana kami?dapat menyelesaikan masalah ketika ia muncul, bagaimana kami dapat memperbaikinya sebelum masalah tersebut semakin parah."
Proses analisis perusahaan yang ketat berfungsi sebagai pendukung flywheel, dan membantu mengoreksi permasalahan dengan cepat, serta menginformasikan tim tentang apa yang sudah mereka lakukan dengan baik. Analisis seperti ini penting bagi para founder dan pemimpin perusahaan karena dapat menyediakan arah.
Budaya perusahaan tercipta dengan sendirinya, terlepas dari apakah para founder mengarahkannya atau tidak. Namun, jika budaya tidak dibentuk dengan sengaja, dan prosesnya tidak diukur, kepemimpinan perusahaan dapat kehilangan arah.
6. Jadilah unik
Nilai-nilai yang kamu anut semestinya dapat menjadi aspek yang membedakan kamu dengan para kompetitor.
Seperti yang Burke jelaskan, "Salah satu kesalahan terbesar yang kerap dilakukan perusahaan adalah menciptakan budaya yang mencakup semua hal. Jadi, ketika saya membaca rancangan yang setara dengan nilai budaya perusahaan, jika kamu menyembunyikan nama perusahaan, saya akan berpikir ini bisa saja berupa organisasi apa pun di dunia."
Dia menekankan, jika budaya perusahaan tidak unik, maka tidak ada keuntungan nyata dalam persaingan. "Salah satu tantangan terbesar bagi perusahaan kamu adalah kamu harus mengambil sikap terhadap sesuatu."
Nasihat tambahan
Burke menyarankan agar para founder mencari di dua hal ini ketika mengidentifikasi nilai perusahaan yang ingin diwujudkan.
1. Perilaku sehari-hari orang-orang dalam perusahaan yang ingin tetap dilestarikan.
2. Nilai-nilai yang berkontribusi terhadap bentuk organisasi yang ingin para founder ciptakan.
Dia juga memberikan empat saran bagi para founder yang baru saja ingin memulai membentuk budaya perusahaan:
1. Luangkan waktu untuk menulis nilai budaya perusahaan karena langkah sederhana ini akan membantu kamu melihat celah yang muncul.
2. Melihat budaya sebagai suatu hal yang hidup dan bernafas. Hal ini adalah perjalanan seumur hidup bagi perusahaan kamu, dan kamu harus berkomitmen mengarahkan perusahaan sebagai wujud dari kepemilikan.
3. Budaya terwujud dari segala bentuk kepemimpinan dan usaha tim. Tim SDM mengumpulkan data, namun para pemimpin dan timnya-lah yang bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Jangan takut untuk menjadi aspiratif. Tidak apa jika kamu belum sukses menjalankan nilai-nilai perusahaan saat ini. Karena hal ini menjadi bagian dari proses latihan mendefinisikan jenis organisasi seperti apa yang kamu ingin wujudkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: