Pemberlakuan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) secara mandatori, telah berhasil menyertifikasi lahan perkebunan kelapa sawit seluas lebih dari 3 juta hektar. Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI 2018, sebanyak 467 Sertifikat ISPO, telah berhasil diberikan kepada para pelaku usaha perkebunan kelapa sawit.
Sementara produksi minyak sawit mentah berkelanjutan (CSPO) bersertifikat RSPO diperkirakan tembus sebesar 12,43 juta ton, dimana sebesar 52% berasal dari Indonesia atau sebesar 6,5 juta ton, belum lagi yang bersertifikasi International Sustainability & Carbon Certification (ISCC).
Keberhasilan Indonesia sebagai produsen minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia, juga diperkuat dengan keberhasilan sebagai produsen terbesar minyak sawit mentah (CPO) di dunia dengan produksi sebanyak 42 juta ton di tahun 2018 lalu. Keberhasilan yang dicapai faktanya tidak hanya melulu dimiliki sektor hulu industri perkebunan kelapa sawit, sektor hilir minyak sawit juga memiliki banyak kemajuan yang cukup signifikan. Misalnya lebih dari 30 juta ton, produk ekspor asal Indonesia berupa produk hilir minyak sawit, dengan produk andalannya Refined Bleaching Deodorized Olein (RBD-Olein). Yang menggembirakan, minyak sawit terus dikembangkan untuk biodiesel.
Melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pemerintah sudah melakukan banyak penelitian dan inovasi yang mumpuni, guna memajukan produk? hilir di Indonesia. Berbagai hasil penelitian dan inovasi dilakukan BPPT bekerja sama? dengan perguruan tinggi, perusahaan dan pihak lainnya, guna memajukan industri hilir minyak sawit.
Menurut periset BPPT, Agus Kismanto, bioenergi berbahan baku minyak sawit sangat potensi untuk terus dikembangkan sebagai bioenergi. Sebab itu, penggunaan minyak sawit sebagai bioenergi, harus terus didorong, supaya menjadi sumber energi hijau dan terbarukan.
?Bioenergi berbahan baku minyak sawit sangat potensi untuk terus? dikembangkan di Indonesia dan dunia,?papar Agus menerangkan," kata dia di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Senada dengan itu, Ketua Umum Ikatan Ahli Biofuel Indonesia (IKABI), Dr. Tatang Hernas S., juga menyampaikan keberadaan minyak sawit yang sangat potensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar minyak cair. Sebab itu, keberadaan minyak sawit harus terus didukung oleh semua pihak.
?Potensi minyak sawit sebagai bahan bakar minyak cair, sangat besar peluangnya untuk terus dikembangkan di Indonesia," kata dia.
Aplikasi minyak sawit sebagai bahan bakar cair, juga sudah dikembangkan Kis Technology Indonesia. Menurut Didik Purwanto, aplikasi teknologi sudah berkembang di dunia dan dapat mengembangkan minyak sawit sebagai bahan bakar cair yang sangat potensial. "Kami sudah mulai pengembangan project Bio CNG berbasis minyak sawit di Indonesia,? tukasnya.
Produk Surface Active Agent (Surfaktan) yang berguna bagi pembersih, juga memiliki peluang dikembangkan dari minyak sawit. Menurut periset dari Surfactant, Bioenergi Research Centre (SBRC) IPB, Dr. Dwi Setyaningsih, minyak sawit sebagai bioenergi juga sangat potensi dikembangkan sebagai surfaktan, dimana aplikasi penggunaannya sangat luas bagi industri pertambangan, industri sabun dan sebagainya. SBRC-IPB juga mendapatkan dukungan pendanaan riset dari BPDP KS, untuk terus melakukan riset aplikasi surfaktan berbasis minyak sawit. Bertujuan mengembangkan berbagai produk hijau terbarukan berbahan baku minyak sawit.
?SBRC IPB sangat? konsen untuk pengembangan surfaktan melalui minyak sawit,? kata Dwi menjelaskan.
Sejalan dengan itu, pemerintah juga sudah mendorong peranan pasar domestik untuk
terus meningkatkan konsumsi minyak sawit dalam negeri melalui program mandatori biodiesel. Pasalnya, sebagai industri strategis, minyak sawit memiliki peluang besar dalam mendulang devisa negara. Sehingga dibutuhkan strategi bersama yang dapat mendorong tumbuhnya kontribusi minyak sawit bagi negara di masa depan.
Menurut Kasubdit Industri Hasil Perkebunan non Pangan, Direktorat Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Lila Harsyah Bakhtiar, ST, MT, keberadaan industri turunan minyak sawit harus mendapat dukungan semua pihak, agar pengembangan industri minyak sawit terus berjalan.
?Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri turunan minyak sawit harus terus dikembangkan di Indonesia,? paparnya.
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), MP Tumanggor, juga menjelaskan? keberadaan industri biodiesel Indonesia, menurutnya persoalan besar masih melanda industri lantaran produksi masih jauh dari kapasitas industri. Sebab itu, APROBI mendorong penggunaan konsumsi biodiesel lebih besar di Indonesia.
?Kami berharap konsumsi biodiesel bisa terus meningkat di Indonesia, seperti mandatori B30 diharapkan segera terealisasikan,? ujar MP Tumanggor.
PT Pertamina (Persero), sebagai perusahaan milik pemerintah yang membantu pendistribusian dan penjualan biodiesel, juga memiliki peran penting terhadap kemajuan industri biodiesel nasional. Menurut Manager Operasional Supply Chain.
Direktorat LSCI PT Pertamina (persero), Gema Iriandus Pahalawan, keberadaan biodiesel minyak sawit, membantu ketersediaan pasokan bahan bakar nasional.
?Biodiesel berbahan baku minyak sawit sangat membantu ketersediaan bahan bakar
biodiesel,? katanya.
Guna mencapai tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan (SDGs), industri minyak sawit dapat menjadi tumpuan bersama, guna memajukan industri minyak sawit di masa depan. Sebab itu, sinergi antar pemangku kepentingan dibutuhkan, guna mendorong tumbuhnya bisnis minyak sawit yang selaras dengan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh