Food Station Tjipinang Jaya pengelola Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menyatakan, Bulog harus lebih mempertimbangkan banyak aspek terkait keinginannya untuk mengekspor beras.
Direktur Utama Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo menyebut, hal yang perlu dipertimbangkan tersebut adalah terkait harga. Karena, harga beras di Indonesia masih belum bisa menyaingi harga beras yang ditawarkan Thailand maupun Vietnam. Padahal, dalam perdagangan di manapun harga menjadi pertimbangan penting.
?Sebagai contoh misalnya beras dari Vietnam di kisaran US$420 per ton dengan kurs rupiah Rp14.200 per dolar AS belum lagi tambah biaya pengiriman. Bagaimana perbandingannya dengan harga beras nasional? Bisa bersaing tidak? Siapa yang mau beli,? ujarnya dalam keterangan resmi.?
Menurutnya, bukannya hanya soal harga. Untuk mengekspor beras menurutnya juga harus dengan pembenahan infrastruktur terlebih dahulu, mulai dari sisi produksi sampai pasca panen.
Arief menyatakan, diperlukan industrialisasi pertanian terlebih dahulu untuk mencapai cita-cita tersebut. ?Baiknya dibuat corporate farming dulu, jadi ada lahan khusus untuk ekspor ini. Produktivitas juga bisa meningkat, misalnya sekarang 5-6 ton per hektare jadi 7-8 ton per hektare,? jelasnya.
Dengan kondisi saat ini, jika ingin mengekspor beras, sebaiknya lebih untuk jenis-jenis beras khusus. Beras khusus dianggap akan lebih mudah bersaing di luar karena harganya yang tinggi.
Pasar Cipinang sendiri saat ini lebih menekankan ke pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Arief mengklaim, saat ini stok di Cipinang mencapai 61 ribu ton. Dari jumlah tersebut, mayoritas diisi beras dengan kualitas medium up atau premium.
?Harganya Rp9.450 sampai Rp12 ribuan ke atas. Kalau yang medium, sekitar 16-18% dari total stok tersebut,? kata Arief.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, kegiatan ekspor harus berkelanjutan, tak cukup cuma sekali, apalagi jika dilakukan ke negara-negara ASEAN.
Oleh sebab itu, menurut Darmin, jika ekspor hanya dilakukan sekali, lebih baik tidak perlu dilakukan. "Apa susahnya kalau ngomong ekspor, ya kirim saja ke Filipina atau Malaysia, yang penting bisa ekspor. Tapi kalau ekspor itu terus menerus, bukan cuma sekali peristiwa begini, sudahlah lupakan," ujar Darmin di kantornya.?
Darmin menambahkan, ketimbang memikirkan ekspor, lebih baik mengamankan pasokan dalam negeri sehingga harga beras stabil.
"Sudahlah, yang penting kita jaga harga beras tidak naik, tidak perlu turun," kata mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut.
Untuk diketahui, dalam rapat di DPR kemarin, Direktur Utama Bulog Budi Waseso menyatakan, rencana ekspor tersebut dilakukan agar pihaknya tidak kesulitan untuk melakukan pengadaan beras dari dalam negeri. Sebab, bila gudang penuh, pihaknya tidak bisa lagi menyerap gabah petani.
"Masyarakat nggak usah takut gudang penuh dan nggak bisa serap. Kita tetap serap nanti kita kelola dengan ekspor," kata Buwas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: