Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rupiah Diuntungkan oleh Melunaknya Perang Dagang

        Rupiah Diuntungkan oleh Melunaknya Perang Dagang Kredit Foto: Reuters/Kevin Lamarque
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Rupiah memasuki pekan perdagangan baru dengan positif karena optimisme mengenai negosiasi dagang AS-Tiongkok meningkatkan selera terhadap mata uang pasar berkembang.

        Amerika Serikat setuju untuk memperpanjang tenggat 1 Maret untuk tarif Tiongkok, sehingga ketegangan dagang tampaknya akan melonggar di jangka pendek.

        "Aset pasar berkembang diuntungkan oleh selera yang membaik ini, termasuk Rupiah," ujar Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta, Selasa (26/2/2019).

        Menurutnya, hal yang terdengar tidak mungkin beberapa bulan lalu, sekarang tampak mungkin terjadi. Hari Minggu lalu, Presiden Trump mengumumkan akan menunda kenaikan tarif AS terhadap Tiongkok yang dijadwalkan untuk diberlakukan mulai 1 Maret.

        Trump mengatakan bahwa ada kemajuan signifikan dalam negosiasi dagang dengan Tiongkok dalam berbagai isu penting seperti perlindungan hak kekayaan intelektual, transfer teknologi, agrikultur, jasa, dan mata uang

        "Apabila negosiasi terus bergerak ke arah yang menggembirakan, Presiden Trump berencana untuk bertemu pihak Tiongkok di resornya, Mar-a-Lago, untuk mencapai kesepakatan," paparnya.

        Baca Juga: ICP Meroket, Imbas Berakhirnya Perang Dagang

        Ketegangan dagang ini merugikan bagi kedua pihak dan juga dunia, terutama karena terjadi di saat siklus ekonomi mendekati puncaknya. Tiongkok ingin menghindari perlambatan ekonomi, sedangkan Presiden Trump ingin memenuhi salah satu janji kampanye untuk mengatasi defisit perdagangan.

        "Untuk mendukung upayanya agar terpilih kembali, Trump harus menghindari memperlambat ekonomi AS sehingga perlu mengumumkan kesepakatan walaupun mungkin tidak sempurna," tukas Lukman.

        Saat ini perhatian investor akan tertuju pada rilis data pertumbuhan kredit Indonesia yang dapat memberi gambaran tentang perubahan total kredit dan sewa sepanjang bulan Januari.

        Walaupun data pertumbuhan kredit memengaruhi Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), namun faktor eksternal seperti perkembangan dagang dan masalah pertumbuhan global tetap memegang peran penting dalam valuasi Rupiah pekan ini.

        Sekadar diketahui, menurut catatan Jisdor BI nilai tukar Rupiah pada Senin (25/2/2019) kemarin berada di level Rp14.007 per USD, jauh lebih kuat dibandingkan penutupan Jumat pekan lalu yg berada di level Rp14.079 per USD.

        Baca Juga: Dari Perang Dagang Hingga Neraca Perdagangan, Semua Bebani Rupiah

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Kumairoh

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: