Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari Perang Dagang Hingga Neraca Perdagangan, Semua Bebani Rupiah

Dari Perang Dagang Hingga Neraca Perdagangan, Semua Bebani Rupiah Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbagai sentimen negatif, baik dari dalam maupun global, membuat nilai tukar rupiah bergerak dengan penuh beban di pundaknya. Dua beban paling berat yang dipikul rupiah, yaitu alotnya negosiasi damai dagang antara AS dan China serta rilis data neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit.

Asal tahu saja, hingga saat ini upaya negosiasi dagang masih terus belangsung di Beijing. Meskipun begitu, sepertinya tak akan mudah untuk mendapat kata sepakat antara AS-China dalam waktu dekat ini. 

Baca Juga: Perang Dagang Masih Alot, Indeks Asia 'Membara'

Sebelumnya, pelaku pasar sempat mendapat angin segar dengan adanya pernyataan Trump yang terbuka untuk memperpanjang tenggat waktu gencatan senjata. Namun, angin segar itu sirna dalam sekejap karena penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, dengan tegas mengatakan bahwa saat ini belum ada keputusan dari Gedung Putih untu perpanjangan waktu tersebut.

Belum selesai rupiah mengatasi sentimen negatif dari dua negara raksasa ekonomi  dunia itu, kini rupiah harus bergulat dengan sentimen negatif yang datang dari negerinya sendiri, Indonesia. 

Baca Juga: Menanti BPS Umumkan Data Ekspor Impor Januari 2019

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Indonesia di Januari 2019 mengalami defisit sebesar US$1,16 miliar. Defisit tersebut timbul karena data ekspor Indonesia mengami penurunan sebesar 4,7% (yoy) menjadi US$13,87 miliar di Januari 2019. Ditambah pula dengan data impor yang juga menurun 1,83% menjadi US$15,03 miliar.

Defisitnya neraca perdagangan tak ayal membuat investor was-was terhadap perekonomian Indonesia. Jika sudah demikian, risiko koreksi mendalam terhadap nilai tukar rupiah semakin terbuka lebar.

Misalnya saja pada perdagangan spot hari ini, rupiah sudah terkoreksi 0,26% ke level Rp14.122 per dolar AS sejak awal pembukaan pasar spot. Bahkan, rupiah sempat masuk ke dalam jajaran mata uang terlemah di Asia pascarilisnya data neraca perdagangan Indonesia. 

Baca Juga: Tekor, Awal Tahun Neraca Dagang RI Sudah Tekor

Hingga pukul 10.50 WIB, rupiah masih terkoreksi 25 poin 0,18% ke level Rp14.115 per dolar AS. Tak hanya di hadapan dolar AS, rupiah juga terkoreksi 0,14% terhadap euro, 0,01% terhadap dolar Australia, dan 0,17% terhadap poundsterling. 

Sementara itu, di hadapan mata uang Asia, rupiah sudah jauh lebih baik karena telah mengungguli 0,08% won dan 0,03% ringgit. Meskipun begitu, rupiah masih terkoreksi cukup dalam mata uang Asia lainnya. 

Rupiah terkoreksi 0,05% terhadap yuan, 0,11% terhadap dolar Hongkong, 0,35% terhadap yen, 0,10% terhadap dolar Singapura, 0,20% terhadap baht, dan 0,11% terhadap dolar Taiwan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: