Brand pakaian dalam wanita, Victoria?s Secret, besutan Roy Raymond sedang mengalami penurunan penjualan sehingga mengharuskan mereka menutup 53 gerai.
Dikutip dari Business Insider, sepanjang 2019 ini, Victoria?s Secret sudah menutup 15 toko di Amerika bagian utara. Tentunya semua itu dilakukan demi keberlangsungan bisnis. Tapi, rencananya mereka akan menutup total sebanyak 53 toko yang tersebar di Amerika. Meskipun begitu, mereka masih memiliki 950 toko di Amerika Serikat dan ratusan lainnya di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: Sayang Banget! Startup Streaming Terbesar di China Bangkrut, Ratusan Karyawan Terancam!
Penjualan Victoria?s Secret memang sedang mengalami surut. Sejak 2017 silam, mengutip dari MoneySmart, pelanggannya berkurang sebesar 3,8 juta orang. Mereka beralih ke brand kompetitor, Amercian Eagle Aerie dan Amazon.
Sebab merosotnya jumlah pelanggan setia mereka, Victoria?s Secret mengalami penurunan laba bersih dari US$919,5 juta tahun lalu menjadi US$786,7 juta, jika dirupiahkan, penurunannya itu menyentuh angka sekitar Rp1,9 triliun.
Baca Juga: Perkuat Pasar, Watsons Tambah Gerai di Bali
Bukan tanpa alasan, kemerosotan ini terjadi karena perusahaan sudah kehabisan inovasi untuk membuat pakaian dalam sesuai dengan pesanan dan dana terlalu banyak dihabiskan untuk marketing. Pasalnya, seperti yang banyak orang ketahui, Victoria?s Secret sering menggunakan selebriti top dunia sebagai modelnya.
Untuk bisa mengembalikan kejayaan Victoria?s Secret, sepertinya mereka memang sudah harus meninggalkan cara-cara strategi marketing yang terlalu mahal, namun tidak terlalu memberikan dampak untung yang signifikan ini.
Jangan hanya fokus pada pemasaran, mereka juga harus mementingkan kepuasan pelanggan dengan memunculkan beragam inovasi baru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: