Setelah sukses mendatangkan 350.000 pengunjung di tahun pertama, Museum MACAN, institusi yang berdedikasi pada seni modern dan kontemporer, mengumumkan program pameran di tahun 2019. Di tahun keduanya, program MACAN merefleksikan misinya untuk mendukung talenta seni Indonesia dan menampilkan seni internasional yang signifikan di Indonesia, didukung oleh program edukasi yang menyeluruh.?
Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN, mengungkapkan, Tim MACAN dengan bangga mengumumkan programnya di tahun 2019, setelah tahun pertama yang sukses.
"Program kami akan menampilkan sebuah pameran historis yang berfokus pada salah seorang perupa modern penting di Indonesia; sebuah pameran besar yang membahas pergeseran estetika seni yang terlihat dalam praktik karya beberapa perupa Indonesia berpengaruh pada era sebelum dan setelah Reformasi, dan sebuah pameran retrospektif Xu Bing, seorang peupa kontemporer asal Tiongkok yang diakui secara global," ujar Aaron kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
Baca Juga: Kolaborasi dengan Bank UOB, Museum Macan Ciptakan Ruang Seni Anak Bertema 'Main Getah'
Pada bulan Maret, Museum MACAN akan mempersembahkan Jeihan: Hari-hari di Cicadas, sebuah pameran historis yang intim, menampilkan karya-karya Jeihan Sukmantoro (lahir pada 1938), seorang perupa dan penyair yang berpengaruh dalam perkembangan seni modern di Indonesia. Pameran ini menawarkan perspektif baru tentang era yang penting dalam kekaryaan Jeihan mulai 1960an hingga 80an, ketika sang perupa tinggal di Cicadas, Bandung.?
Cicadas, yang berada di bagian timur Bandung, dikenal sebagai area padat penduduk, juga lokasi prostitusi dan tindak kriminal ringan. Jeihan dikenal dengan karya lukis ekspresionis dan figuratif sejak tahun 1960an. Lukisan potret dalam pameran ini menampilkan sang perupa, anggota keluarga dan tetangga-tetangga Jeihan, ketika rumahnya berfungsi sebagai tempat komunal tempat berkumpulnya warga yang ingin menonton TV. Rumah Jeihan kala itu adalah salah satu yang pertama memiliki TV.
Pada bulan April, MACAN mempersembahan Matter and Place, menampikan enam karya dan instalasi oleh perupa Indonesia dan internasional. Pameran ini menampilkan Elevation, sebuah karya arsitektur gagasan Andra Matin yang telah memenangkan penghargaan saat pertama kali ditampilkan di Venice Architecture Biennale tahun 2018; instalasi khas-tapak (site-specific installation) oleh perupa Malaysia Shooshie Sulaiman dan beberapa karya dari koleksi museum. Pameran ini mendiskusikan hubungan antara manusia dan tempat, sebuah investigasi tentang peran materi dan observasi inderawi dalam pengertian manusia tentang identitas.
Di bulan Mei (1 Mei?21 Juli 2019), MACAN menampilkan sebuah pameran survei berskala besar, menampilkan karya 10 perupa Indonesia yang merefleksikan pengaruh pergolakan politik sebelum dan sesudah Reformasi, antara dekade 1990an hingga awal 2000an. Bertajuk Dunia dalam Berita (mengacu pada program berita yang ditayangkan di TVRI sejak 1973), pameran ini menampilkan efek demokratisasi dan perkembangan teknologi media pada praktik seni kontemporer di periode tersebut.
Baca Juga: Grab Jadi Mitra Resmi Museum Macan
Ditampilkan sebagai sebuah pameran survei, Dunia dalam Berita menghadirkan telaah atas dua perubahan penting dalam perkembangan seni kontemporer di Indonesia, yaitu dampak Reformasi pada kekaryaan sekelompok perupa Indonesia yang telah dikenal secara internasional, juga pengaruh kultur populer dalam konteks globalisasi di Indonesia. Pameran ini menampilkan 10 perupa penting Indonesia: Mella Jaarsma, I GAK Murniasih, Nyoman Masriadi, FX Harsono, Tisna Sanjaya, Agus Suwage, Heri Dono, Krisna Murti, S. Teddy D., dan Taring Padi.
Di kuartal terakhir 2019 dan menuju 2020, museum akan menampilkan Xu Bing: Thought and Method, pameran retrospektif solo Xu Bing, perupa kontemporer Tiongkok yang berpengaruh (31 Agustus ? 12 Januari 2020). Lahir di Chongqing, sebuah kota di barat daya Tiongkok, pada 1955 dan menempuh studi di Tiongkok dan Amerika Serikat, Xu dikenal akan karya instalasinya yang kuat, pendekatan konseptual terhadap teknik cetak, juga pemahaman yang mendalam tentang teks dan silang budaya di era aliran informasi dan manusia lintas negara. Pameran ini dihadirkan dalam kerja sama dengan UCCA Center for Contemporary Art, dan pertama kali ditampilkan di Beijing, Tiongkok pada 2018. Karya instalasi dari berbagai fase dalam karya Xu Bing ditampilkan di pameran ini.?
?Kami tidak sabar untuk mengumumkan program pameran kami tahun ini, memberikan kesempatan luar biasa untuk audiens di Indonesia dalam melihat salah satu periode penting dalam seni rupa Indonesia, juga menyaksikan karya Xu Bing, salah satu perupa penting dari generasi ini,? kata Aaron Seeto.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: