Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        4 Sektor Ini Banyak Pecat Karyawan Akibat Disrupsi Teknologi

        4 Sektor Ini Banyak Pecat Karyawan Akibat Disrupsi Teknologi Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kehadiran teknologi bak pisau bermata dua. Di satu sisi banyak memberikan manfaat dan di sisi lain bisa merugikan manusia. Namun, kenyataan ini tak bisa dibendung karena sudah menjadi konsekuensi dalam menyambut kehadiran teknologi.

        Akibatnya, dari kehadiran teknologi tersebut harus ada yang dikorbankan. Sejumlah bisnis yang sudah menyambut teknologi mulai mengubah sistem. Jika sebelumnya lebih memanfaatkan tenaga manusia maka kini menjadi digitalisasi. Mau tak mau sistem ini perlahan mengharuskan untuk memberhentikan para pekerja manusia. Lalu apa saja bisnis yang berpotensi mengurangi jumlah pekerja manusia secara besar-besaran?

        1. Perbankan

        Sektor bisnis yang mulai mengurangi karyawan akibat adanya teknologi adalah perbankan. Tercatat dalam tiga tahun terakhir yakni pada 2016-2018 ada sekitar 20.000 karyawan yang berhenti di sembilan bank ternama di Indonesia.

        Jenis pekerjaan yang paling banyak dikurangi di industri perbankan adalah posisi front office. Ada juga pegawai yang dialihkan ke bagian lain sebagai strategi perusahaan agar tetap memaksimalkan keberadaan sumber daya manusia.

        Seperti diketahui, perbankan di Indonesia saat ini telah menerapkan sistem digital banking sehingga mengharuskan mengurangi para pegawainya dan digantikan oleh teknologi komputerisasi dan digitalisasi.

        Baca Juga: Digantikan Robot, Bagaimana Prospek Akunting ke Depan?

        2. Ritel Perabotan

        Industri ritel juga mengalami hal yang sama. Beberapa tahun ini cukup banyak perusahaan ritel yang mengurangi jumlah pegawai akibat kehadiran teknologi. Salah satu contoh adalah peritel perabotan rumah tangga asal Swedia, IKEA.

        Skema yang dijalankan IKEA saat ini membidik konsumen daring atau pasar online. Sehingga perusahaan mau tidak mau harus mengurangi jumlah karyawan. Pada tahun lalu, IKEA mengumumkan untuk memangkas sekitar 5% atau 7.500 karyawannya karena akan menggenjot sistem penjualan online.

        Pemutusan kerja terhadap karyawan tersebut terjadi untuk beberapa bagian seperti helper hingga administrasi. Namun, ada juga posisi pekerjaan yang dipindahkan menjadi bagian baru yang menunjang penjualan online.

        Mungkin kamu gak menyadari selama ini semakin banyak jual beli perabotan rumah tangga di online marketplace. Dengan kehadiran online marketplace tersebut, mau tidak mau perilaku konsumen juga berubah dari yang semula datang ke outlet fisik menjadi cukup hanya menggunakan gadget saja.

        Baca Juga: Robot Tak Punya Empati, Akankah Gantikan Dokter?

        3. Toko pakaian

        Jika dulu banyak orang ramai-ramai bekerja menjadi karyawan ritel pakaian macam Matahari, Robinson, hingga butik-butik sekalipun. Namun, saat ini jumlah para pegawai di outlet-outlet pakaian tersebut semakin berkurang karena makin banyaknya online store yang menjual pakaian tanpa harus datang ke outlet.

        Pangsa pasar pakaian memang saat ini juga sudah berubah ke online. Orang cukup membeli baju via Instagram, Facebook, online marketplace, atau situs resmi perusahaan. Tentu perilaku ini sedikit banyak memangkas jumlah pegawai yang biasanya sibuk melayani para pembeli.

        Wajar jika beberapa outlet pakaian di Indonesia macam Matahari dan lainnya tutup di beberapa daerah karena bangkrut. Bahkan mereka saat ini mulai mengubah skema bisnis dengan menghadirkan portal khusus yang menyasar pelanggan online.

        Baca Juga: Smart Factory Hanya 'Ramah' untuk Perusahaan Besar

        4. Pabrik

        Wacana robot akan menggantikan pekerja manusia di pabrik-pabrik bukan isapan jempol belaka. Pada 2025, sekitar 52% robot akan menggantikan posisi manusia dalam sebuah perusahaan. Mereka akan bekerja layaknya peran manusia yang bekerja sebagai akuntan, manajemen klien, pemasaran, layanan pelanggan, hingga kesekretariatan.

        Di beberapa negara, robot telah mulai mengganti peran manusia. Seperti di Jerman, ada sebuah bar yang sejak 2013 mempekerjakan robot untuk melayani para pelanggannya. Ada juga robot bernama Chihira Aico yang menjadi resepsionis di Tokyo Departemen Store. Tak hanya pusat perbelanjaan, salah satu hotel di Jepang juga telah mempekerjakan robot sebagai resepsionisnya.

        Kehadiran teknologi seperti di atas memang sangat menguntungkan dari segi bisnis terutama bagi pemilik usaha. Pelaku usaha bisa menekan biaya untuk mempekerjakan manusia. Namun di sisi lain, manusia harus kehilangan pekerjaannya karena tergerus teknologi.

        Partner Sindikasi Konten: Okezone

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: