Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengatakan terdapat ada empat tantangan yang kemungkinan akan dihadapi menjelang proses pencoblosan 17 April mendatang.
Pertama, munculnya pragmatisme untuk menang. Hal ini dapat merusak politik gagasan karena masyarakat lebih membutuhkan terobosan dari caleg dibanding politik citra.
?Kampanye pragmatis mengedepankan citra, simbol. Akhirnya, politik gagasan semakin jauh," ujarnya di Jakarta, Senin (25/4/2019).
Baca Juga: 321 Komunitas Otomotif Jabar Deklarasi Pemilu Damai
Kemudian, ia menduga penyebaran hoaks akan lebih masif pada masa kampanye terbuka, menyasar peserta hingga penyelenggara. Selain penyebaran berita hoaks, hal yang perlu di waspadai adalah politik uang. Tantangan terakhir adalah potensi munculnya ke ke rasan dalam penyelenggaraan pemilu. Hal tersebut harus sangat diantisipasi oleh seluruh elemen, termasuk aparat penegak hukum.
"Kekerasan pemilu dibagi tiga, fisik atau luka, serangan milik negara atau pribadi, ancaman untuk melakukan kekerasan dan penyerangan terhadap fasili tas properti," katanya.
Baca Juga: Jokowi Mengku Dihina, Komentar Fahri Hamzah Mantap
Titi menilai, pada Pemilu 2019 ini pilpres lebih mendominasi dibandingkan legislatif. Aturan yang dibuat KPU dalam penyelenggaraan pemilu lebih condong memprioritaskan pelaksanaan pemilihan calon orang nomor satu di Indonesia. Salah satu contohnya penentuan jadwal pelaksanaan kampanye pileg yang mengikuti jadwal kampanye pilpres.
?Artinya, desain pemilu serentak membuat penyelenggara pemilu didominasi dan berada di bawah bayang-bayang pemilu presiden,? imbuhnya.
Partner Sindikasi Konten: Sindonews
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim