Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemenperin Luncurkan Kawasan Industri Hortikultura Didukung Teknologi 4.0

        Kemenperin Luncurkan Kawasan Industri Hortikultura Didukung Teknologi 4.0 Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Perindustrian (Kemenperin) aktif mendorong para pelaku industri makanan dan minuman (mamin) berbasis agrobisnis untuk bersama-sama mengembangkan rantai pasok melalui pola kemitraan dengan petani dan kelompok usaha tani, termasuk dalam penerapan teknologi revolusi industri 4.0. Konsep yang disebut corporate shared value (CSV) ini diharapkan bisa ikut menyejahterakan para petani serta memacu peningkatan daya saing global sektor industri mamin.

        "Dibandingkan dengan negara lain, sektor makanan dan minuman Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang besar karena didukung oleh sumber daya pertanian yang berlimpah dan permintaan domestik yang besar," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat Peluncuran Kawasan Industri Hortikultura Didukung Aplikasi Industri 4.0 dan Pelepasan Ekspor di Tanggamus, Lampung, Senin (25/3/2019).

        Kabupaten Tanggamus kini menjadi salah satu kawasan penghasil produk hortikultura terutama pisang mas, jambu, pepaya, dan nanas. PT Great Giant Pineapple (GGP) sebagai perusahaan swasta terbesar penghasil produk hortikultura di Indonesia, melakukan ekspansi bisnis di kabupaten ini dengan konsep CSV. Konsep kolaborasi ini dijalankan bersama dengan petani dan kelompok usaha tani setempat melalui Koperasi Usaha Tani.

        Baca Juga: Ini Dia 14 Perusahaan Global Jagoan Industri 4.0

        "Kawasan industri hortikultura di Tanggamus ini merupakan sebuah kawasan terobosan yang menjadi proyek percontohan untuk pengembangan kawasan lainnya di Indonesia. Apalagi, adanya kolaborasi antara masyarakat petani dengan PT GGP yang memang sudah unggul di sektor hortikultura," papar Menperin.

        Menurut Airlangga, konsep CSV memberikan ruang bagi para petani untuk mengembangkan hasil pertanian dari kebun sendiri.

        "Kebetulan tanamannya cocok untuk wilayah Indonesia, seperti nanas dan pisang. Melaui CSV atau jenis usaha berbagai ini, korporasi akan menyediakan bibit, melakukan pendampingan, dan membantu ekspor, yang harapannya petani mendapatkan untung. Kami dapat laporan dari koperasi, masyarakat bisa mendapatkan Rp5-6 juta dalam satu bulan," imbuhnya.

        Oleh karena itu, konsep tersebut akan terus diupayakan Kemenperin untuk semakin ditingkatkan.

        "Sebab, upaya ini merupakan arahan Bapak Presiden Joko Widodo sehingga akan terus dikembangkan karena kawasan ini dimiliki oleh masyarakat dan pengusaha, membantu untuk memfasilitasi baik dari segi produksi, penanaman, panen sampai dengan ekspor. Apalagi, rencananya ada ekspor pisang satu kontainer setiap bulan," lanjutnya.

        Konsep CSV di kawasan berikat ini telah didukung oleh Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan sehingga pupuk dan pestisida yang berasal dari PT GGP dapat digunakan oleh petani binaan tanpa subsidi apa pun dari pemerintah, namun dengan syarat tidak ada inventory di petani.

        Langkah strategis tersebut untuk membantu petani dalam memantau kegiatan on-farm, termasuk pemakaian pupuk dan pestisida, yang telah dikembangkan melalui aplikasi berbasis internet of things (IoT) yang dinamakan e-Grower.

        Melalui aplikasi tersebut, kegiatan on-farm seluas 337 hektare dengan jumlah petani sebanyak 423 orang di empat kabupaten di Lampung yang menjadi mitra PT GGP, dapat dipantau secara real time hingga jumlah panen yang dapat diekspor.

        "Oleh karenanya, pemerintah mengapresiasi. Kawasan ini dapat diperluas lagi sehingga tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tanggamus, terlebih lagi dengan diterapkannya teknologi industri 4.0, serta adanya ekspor satu kontainer atau senilai Rp180 juta, juga diharapkan terus rutin dan ditingkatkan jumlah ekspornya," tuturnya.

        Baca Juga: Masuk Industri 4.0, Kemenperin Bangun Politeknik Industri Petrokimia di Banten

        Menperin menambahkan, pihaknya melalui Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Bandar Lampung akan memfasilitasi alat untuk proses pengeringan sisa dari ekspor agar menjadi produk makanan dan minuman.

        "Misalnya, akan menyiapkan alat bantu pengeringan sehingga pisang yang tidak diekspor bisa diproses menjadi pisang sale atau produk mamin lainnya," tandasnya.

        Dalam kesempatan ini, Kemenperin menyerahkan bantuan alat mekanis multiguna perdesaan (AMMDes) secara simbolis kepada Koperasi Tani Hijau Makmur. AMMDES yang diserahkan memiliki spesifikasi pengangkut hasil kebun petani. Selain itu, juga diserahkan bantuan mesin pengolah kopi secara simbolis kepada industri kecil dan menengah (IKM) di Tanggamus.

        Menperin juga menyematkan secara simbolis tanda peserta beberapa pelatihan yang diselenggarakan Kemenperin, antara lain pelatihan good manufacturing practices (GMP), perencanaan pengembangan ekspor produk industri, dan prosedur ekspor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Yosi Winosa
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: