Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Web3 Makin Berkembang, Pakar IT: Saatnya Ambil Alih Kembali Kepemilikan Data Pribadi

Web3 Makin Berkembang, Pakar IT: Saatnya Ambil Alih Kembali Kepemilikan Data Pribadi Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak dimulainya era Revolusi Industri 4.0, telah banyak berkembang model-model internet, mulai dari sederhana sampai yang kompleks. Saat ini, Web3 digadang-gadang akan menjadi masa depan internet dengan jangkauan yang lebih luas dan tak terbatas. Pada dasarnya, Web3 adalah generasi ketiga dari evolusi web yang berbasis blockchain dengan sistem yang terdesentralisasi.

Pakar IT dan pebisnis, Hasnaeen Rizvi Rahman, menjelaskan bahwa Web3 merupakan penyempurnaan dari dua model internet sebelumnya, yaitu Web1 dan Web2. Pada Web1, internet tersentralisasi pada perusahaan penyedia sehingga pengguna adalah konsumen dari konten itu sendiri.

“Pada tahun 1990, Tim Berners-Lee mengembangkan dasar dari internet, apa yang dia sebut World Wide Web Web (WWW). Ini sangat sederhana, saat itu kita bisa menyebutnya sebagai Web1 dan itu berlangsung kira-kira dari tahun 1991 hingga 2004. Sebagian besar pengguna Web1 adalah konsumen konten, dan pembuat konten adalah pengembang yang membangun situs web. Itu semuanya statis, tidak ada yang dinamis. Konten dan data disimpan pada fail, bukannya database,” kata Hasnaeen, dikutip dari kanal Youtube TEDx Talks pada Jumat (30/06/23).

Baca Juga: Web3 Lindungi Kepemilikan Data Pribadi, Buat Hak Asasi Manusia Pengguna Lebih Terjamin

Sementara itu, pada Web2, pengguna adalah pembuat sekaligus penikmat dari konten. Pengguna dapat mengunggah konten dan berbagi informasi tanpa perlu tahu bagaimana situs web tersebut bekerja. Dengan demikian, era Web2 ini yang sekarang sedang pesat berkembang.

“Penyempurnaan dari WWW tersebut adalah Web2, yang muncul kira-kira dari tahun 2004. Ini ketika era sosial dan web interaktif dimulai di Web2. Anda tidak harus menjadi pengembang untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan konten. Sebagian besar aplikasi dan situs web di luar sana memungkinkan Anda membuat dan memposting konten tanpa harus memiliki pengetahuan bagaimana aplikasi atau situs web bekerja,” ungakpnya.

Namun, model internet Web2 ini telah membawa masalah inheren di dalam perkembangannya. Karena sistem yang tersentralisasi, maka perusahaan-perusahaan besar dapat mengakses dan mengendalikan data pengguna. Bahkan, saat ini 45 persen data lalu lintas internet dikuasai oleh enam perusahaan besar saja.

“Pada dasarnya, internet dimaksudkan untuk mendemokratisasi kita pada dunia, memberikan hak atas informasi dan privasi kembali ke masyarakat umum. Namun, setelah tiga dekade kelahirannya, kita telah menyadari bahwa hal sebaliknya telah terjadi. Kita telah melihat munculnya perusahaan teknologi besar dan dominasi mereka di Web2. Apakah Anda tahu, 45% dari total lalu lintas internet mengalir melalui hanya enam perusahaan, yaitu Google, Facebook, Amazon, Apple, Microsoft, dan Netflix?” bebernya.

Dengan demikian, ia mengatakan Web3 merupakan momentum yang tepat bagi pengguna untuk mengambil alih kepemilikan data pribadi mereka. Dengan sistem yang terintegrasi pada sistem blockchain, pengguna dapat menyimpan informasi dan transaksi mereka dengan aman.

“Sudah saatnya untuk sebuah perubahan. Saatnya untuk memulihkan kekuatan individu di web. Saatnya untuk revolusi Web3. Saatnya mengambil alih kembali kepemilikan data pribadi. Tapi bagaimana Anda mengganti internet yang saat ini sangat terpusat? Anda melakukannya dengan cara mendesentralisasikannya, itulah inti dari Web3. Idenya adalah bagaimana internet model baru harus didorong oleh beberapa terobosan teknologi, dan teknologi utama di balik Web3 adalah sistem blockchain,” jelasnya.

Sistem blockchain menggunakan aturan yang disebut sebagai kontrak pintar (smart contracts). Aturan ini berfungsi untuk memvalidasi transaksi antara dua  node atau komputer dan penambahan blok baru. 

“Di blockchain, kita juga memiliki algoritma dan aturan yang disebut kontrak pintar (smart contracts), yang memvalidasi transaksi antara dua node atau komputer dan penambahan blok baru. Hari ini, ada beberapa jaringan blockchain yang sudah mapan di luar sana, dibuat dan dikelola oleh kelompok individu dan organisasi. Yang paling terkenal adalah Bitcoin dan Ethereum,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Lestari Ningsih

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: