Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wow, Ilmuwan Indonesia Siap ‘Hidupkan’ Robot Gundam Lewat AI

        Wow, Ilmuwan Indonesia Siap ‘Hidupkan’ Robot Gundam Lewat AI Kredit Foto: Yosi Winosa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tak pernah ada batasan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Baru-baru ini para ilmuwan di Jepang tengah berusaha menjembatani dunia fantasi anak-anak dengan ilmu sains berbasis teknolgi terkini.

        Adalah Gundam, tokoh robot fiksi ilmiah legendaris yang pertama kali muncul pada April 1979, yang kini coba 'dihidupkan' oleh para ilmuwan tersebut dengan mengimplementasikan teknologi robotik, machine learning, dan juga artificial intelligence (AI). Yang menarik, salah satu dari ilmuwan tersebut merupakan seorang profesor ilmu neuro-network dan teknologi robotik yang berasal dari Indonesia.

        "Proyek ini kami beri nama Gundam Global Challenge (GGC). Saya terlibat di dalamnya dengan beberapa ilmuwan lain. Total core member-nya ada 10 orang. Lead engineer-nya ada tiga orang. Kami akan coba bagaimana menghidupkan robot Gundam setinggi 18 meter," ujar Prof Pitoyo Hartono dalam bincang santai tentang teknologi bertajuk VisionAIre yang digagas oleh Nodeflux di Jakarta, Senin (25/3/2019).

        Baca Juga: Robot Gundam Buatan Ilmuan Indonesia Akan Dipamerkan di Tokyo Olympic 2020 Mendatang

        Melalui proyek GGC tersebut, menurut pria rendah hati yang lebih senang disapa Mas Pitoyo ini, timnya ingin mengetahui lebih jauh tentang sejauh mana batas capaian perkembangan sains dan teknologi sejauh ini. Dengan mengetahui batas dari sains itu, Pitoyo dan kolega meyakini bakal memantik inspirasi kalangan ilmuwan untuk meneliti lebih jauh dan memperluas cakupan batas tadi.

        "Karena memang benar-benar tidak mudah. Robot dengan tinggi 18 meter itu sangat besar. Karena ini robot, maka dia punya volume seperti manusia. Dengan tinggi 10 kali lipat lebih besar, maka lebarnya juga 10 kali lipat, ketebalannya juga. Artinya secara volume, dia 1.000 kali lipat dari manusia," tutur Pitoyo.

        Dengan tantangan pengerjaan sebesar itu, lanjut Pitoyo, maka diperlukan desain mekanika hingga bahan-bahan material baru, yang selama ini belum pernah ada. Termasuk juga konsep mekanika untuk menggerakkan benda fisik sebesar itu.

        Baca Juga: Apa Itu Artificial Intelligence?

        "Saat memulainya dulu, saya kerap ditanya untuk apa proyek ini dijalankan? Apa manfaatnya? Tapi saya jawab bahwa teknologi itu tidak hanya hadir untuk menjawab kebutuhan hari ini, tapi juga kebutuhan di masa akan datang. Kita tidak akan pernah tahu. Misal suatu saat manusia sudah mengirimkan koloninya ke Mars dan harus tinggal di sebuah gedung dan ternyata penempatan gedung itu kurang tepat. Dengan temuan dari proyek ini mungkin kami bisa kasih solusi. Jadi, jangan anggap ini sekadar robot. Bisa saja proyek ini dimaknai sebagai upaya membuat gedung setinggi 18 meter yang bisa bergerak dan berpindah," tegas pria yang sangat menggandrungi kerakter Doraemon ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Taufan Sukma
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: