Semua orang sejatinya ingin hidup kaya dan sejahtera di usia tuanya. Namun, tak sedikit yang terjebak dalam kesulitan akibat tak punya uang jelang masa pensiun. Boros bukan selalu jadi alasan utama, tapi mungkin salah satunya karena tak semua orang paham cara mengatur dan mengelola aset keuangan.?
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat membagikan resep investasi agar Anda bisa hidup tajir sebelum tua dan memiliki aset yang cukup menjelang pensiun nanti. Resepnya adalah "100 dikurang umur".
Menurutnya, resep "100 dikurang umur" sudah menjadi strategi umum para investor untuk mengukur besarnya alokasi aset yang harus ditempatkan di aset berkembang. Bahkan, bagi masyarakat global, mereka menggunakan angka "110 minus umur" karena di dunia internasional, obligasi negara dan pasar uang memberi imbal hasil yang sangat rendah.
Baca Juga: Tajir dan Mapan, Ternyata Ini Kunci Sukses yang Mereka Jadikan Pedoman
Sementara di Indonesia, ungkap Budi, masyarakatnya berasal dari kelompok penabung, bukan investor. Deposito masih menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia. Padahal, deposito kurang memberikan efek pertumbuhan, bahkan tidak juga efek perlindungan terhadap inflasi.
"Maka itu, bagi masyarakat Indonesia yang ingin memiliki aset yang cukup saat masuk usia pensiun, harus melakukan aset alokasi lebih aktif pada growing asset, seperti reksa dana saham, properti, maupun pendidikan," kata dia kepada redaksi Warta Ekonomi melalui siaran pers, Jumat (5/4/2019).
Dia memberi contoh, Andi berumur 30 tahun dengan penghasilan per bulan Rp10 juta. Jika ia ingin hidup tenang dengan aset yang cukup di usia pensiun, maka total aset yang perlu dialokasikan Andi adalah 100 dikurang 30, yakni 70% dari total aset. Total aset ini dihitung dalam setahun, Rp10 juta dikali 12 bulan, yakni Rp120 juta.
Untuk itu, sebelum memulai, Andi perlu menargetkan bahwa ia perlu mengalokasikan uangnya sebesar 70% dalam setahun, atau Rp84 juta dalam setahun ke aset berkembang, seperti reksa dana saham dan properti.
Bagi yang ingin memiliki aset properti, namun belum cukup memiliki uang, Budi merekomendasikan untuk menggunakan kredit pemilikan rumah (KPR). Tentu saja, mereka perlu mengukur kemampuan daya beli dan juga besarnya bunga KPR yang harus dibayar. Misalnya, membayar KPR maksimal sebesar 30% dari total penghasilan per bulan.
Di samping itu, ada baiknya memiliki aset kekayaan yang lain seperti reksa dana saham yang bersifat likuid sehingga jika sewaktu-waktu membutuhkan dana besar, aset tersebut bisa segera dicairkan.
Baca Juga: Pemilik Usaha Kecil: Coba Terapkan 5 Aturan Keuangan Ini Biar 'Tajir Melintir'
Selain itu, umumnya saham atau reksa dana saham bisa menghasilkan imbal hasil alias return yang lebih besar dari bunga KPR yang dibayar. Misalnya, berinvestasi pada saham yang bisa memberi imbal hasil 15-20% per tahun, lebih besar dari bunga KPR yang harus dibayar sekitar 8-9% per tahun.
Budi menganjurkan agar anak muda atau generasi milenial lebih agresif dalam berinvestasi dan menahan diri untuk tidak boros.
"Saat muda, lakukan pengendalian luar biasa. Jangan mengikuti peer pressure atau tekanan dari teman-teman sebaya untuk boros. Agar di saat pensiun, bisa hidup sejahtera," saran Budi.
Bagi masyarakat yang segera memasuki masa pensiun (senior citizens), masih dapat menggunakan resep "100 dikurang umur" dan dianjurkan berinvestasi pada aset investasi yang memberikan dividen, misalnya dividen stocks (saham yang rajin memberi dividen, umumnya saham perusahaan BUMN), surat utang negara, atau reksa dana pendapatan tetap.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti