Akuntan Profesional RNA 99, Deny Poerhadiyanto, menilai tidak ada yang salah dengan laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam Tahun Buku 2018.
Deny menilai dua komisaris Garuda Indonesia kurang memiliki pemahaman karena laporan keuangan hanya ditinjau dari satu PSAK saja.
"Semestinya komisaris fokus pada pendapatan dan beban operasional. Mereka jangan menyalahkan laporan keuangan karena laporan keuangannya sudah benar," katanya kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.
Baca Juga: Dalam 3 Bulan, Garuda Cetak Untung US$19,7 Juta
Sebelumnya, dua komisaris Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria menilai ada dugaan manipulasi laporan keuangan perusahaan 2018. Mereka tak setuju dengan pencatatan laporan keuangan perusahaan pada 2018 karena salah satu transaksi sudah diakui sebagai pendapatan.
Keberatan mereka sampaikan terkait kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan. Kerja sama itu dilakukan antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia terkait penyediaan koneksi wifi.
Dari situ, perusahaan akan mendapatkan pembayaran dari Mahata Aero Teknologi sebesar US$239.940.000. Pembayaran tersebut, US$28.000.000 di antaranya merupakan bagi hasil Garuda Indonesia dengan PT Sriwijaya Air.
Baca Juga: Garuda Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris, Kenapa?
Namun, hingga akhir 2018 belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata Aero Teknologi. Walau begitu, Garuda Indonesia sudah mengakuinya sebagai pendapatan tahun lalu.
Kedua komisaris tersebut berpendapat angka itu terlalu signifikan hingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut belum masuk sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya masih merugi US$244.958.308.
Adapun dengan mengakui pendapatan dari perjanjian Mahata maka perusahaan membukukan laba sebesar US$5.018.308.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Kumairoh