Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Regulasi IoT Hadir, Operator IoT Perancis Lepas Landas ke Tanah Air

        Regulasi IoT Hadir, Operator IoT Perancis Lepas Landas ke Tanah Air Kredit Foto: Sigfox
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Nomor 1/2019 membuat para penyedia jaringan internet of things (IoT) mulai beroperasi secara komersial di Indonesia. Sigfox, perusahaan jaringan IoT asal Perancis itu melebarkan sayapnya ke Indonesia, pasar ke-60-nya di dunia.

        Perusahaan itu berada di bawah PT Kirana Solusi Utama dengan merek Sigfox Indonesia. Operator IoT itu bergerak di jaringan IoT nonseluler dengan daya listrik rendah di frekuensi 920-923 MHz.

        "IoT ini sudah mulai hype, memang sudah ada yang menyediakan jasanya, tetapi berbasis seluler. Sementara kami berbasis nonseluler, non-license. Regulasinya sudah ada, Permenkominfo nomor 1/2019, kami siapkan solusi-solusi dan infrastrukturnya," jelas CEO Sigfox Indonesia, Irfan Setiaputra, Kamis (16/5/2019).

        Secara khusus, Sigfox Indonesia menargetkan sektor logistik dan transportasi , serta aset manajemen. Contoh perangkatnya, antara lain: jam pintar (smart watch), pelacakan aset (asset tracking), logistik, utilitas seperti meteran air dan gas, serta perangkat yang membutuhkan data besar dan daya baterai yang lama. Perangkat-perangkat seperti itu dibutuhkan di Indonesia.

        Baca Juga: Sigfox Tawarkan Perangkat IoT Berdaya Listrik Rendah

        Country Director Sigfox Indonesia, Mohamad Ali Fahmi berujar, "Di Indonesia, solusi-solusi yang membutuhkan listrik rendah itu sangat banyak. Misalnya di agrikultur, logistik, paket, (itu) tak memungkinkan menggunakan daya tinggi."

        Apalagi, luasnya wilayah Indonesia menyebabkan keterbatasan jaringan, jangkauan, dan sumber listrik. Perangkat dengan daya listrik yang besar bisa menjadi salah satu solusi dari jejeran masalah itu. Pengiriman data secara berkala membuat bandwidth-nya tak terlalu besar.

        "Sambil menunggu peluncuran resmi, kami sudah bicara dengan beberapa pelanggan potenial yang akan jadi partner kerja sama," tambah Irfan.

        Untuk membangun ekosistemnya, Sigfox Indonesia akan bermitra dengan universitas-universitas untuk mengembangkan solusi lokal. Perusahaan akan melibatkan partisipasi mahasiswa, pusat-pusat penelitian, dan laboratorium yang ada.

        Irfan berkata, "Kami pun sedang bicara dengan lembaga pendidikan untuk develop solusi-solusi yang cocok digunakan di Indonesia. Kelak, solusi lokal juga bisa ditawarkan kepada pelanggan Sigfox di negara-negara lain juga."

        Merespons hadirnya Sigfox Indonesia, Ketua Asosiasi IoT Indonesia, Teguh Prasetya berharap ekosistem IoT dapat tumbuh beriringan. Dengan begitu, target untuk mencapai 400 juta perangkat IoT di Indonesia pada 2022 bisa diraih.

        Baca Juga: Siap-siap! IoT Bakal Gantikan Smartphone 2 Tahun Lagi

        "Dengan adanya regulasi Permenkominfo Nomor 1/2019, tentunya diharapkan operator IoT sudah bisa lakukan komersialisasi. Kalau sebelumnya kan sifatnya masih uji coba atau pilot project," ujar Teguh.

        IoT untuk komunikasi antarmesin sudah lama diperkenalkan di dunia. Pun begitu dengan Indonesia yang mulai mengadopsi penggunaan IoT di berbagai bidang. Sampai saat ini, penerapan IoT di Indonesia lebih banyak didominasi oleh layanan berbasis selular.

        Dengan menerapkan IoT, perusahaan pengguna dapat mengelola dan merekam berbagai informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, serta keamanan informasi terkait pergerakan aset, kondisi tanah pertanian, dan sebagainya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: