Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemenko Perekonomian dan Bulog Dukung Kementan Dorong Promosi Konsumsi Kedelai Lokal

        Kemenko Perekonomian dan Bulog Dukung Kementan Dorong Promosi Konsumsi Kedelai Lokal Kredit Foto: Kementan
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Kementerian Pertanian (Kementan) tengah gencar mendorong promosi konsumsi kedelai lokal yang kandungan proteinnya tinggi di masyarakat. Upaya ini mendapat dukungan dari Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian dan Perum Bulog agar ketergantungan kedelai impor selama ini berkurang.

        Asisten Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Bidang Perekonomian, Darto Wahab, mengemukakan bahwa kebutuhan untuk konsumsi masyarakat cukup tinggi, sekitar 4,4 juta ton atau setara Rp20 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, harus didatangkan dari luar atau impor yakni Amerika Serikat sekitar 3,3 juta ton.

        Baca Juga: Kementan Dorong Strategi Jitu Percepatan Tanam Padi dengan Teknologi Semai Kering

        "Karena itu, pemerintah terus mendorong petani menanam kedelai yang kadar proteinnya lebih tinggi dibanding kedelai impor. Selanjutnya, kita koneksikan dan promosikan untuk kebutuhan sehari-hari di rumah sakit, sekolahan, TNI, Polri, hotel, cafe, dan komunitas khusus lainnya," demikian dikemukakan Darto Wahab, saat menjadi pembicara pada Rapat Konsolidasi Kerja Sama Pengembangan Kedelai Lokal Non GMO di Bandung, Senin kemarin (30/9/2019).

        Darto optimis tren konsumsi kedelai lokal bisa semakin meningkat ketimbang produk impor. Pasalnya, selama ini petani sudah menanam kedelai lokal dengan baik. Hanya saja, kedelai lokal yang ditanam petani kalah bersaing dengan kedelai impor sebab harga kedelai impor sangat murah Rp4.800/kg, sedangkan kedelai lokal Rp6.800/kg.

        "Namun melalui pasar khusus seperti rumah sakit, sekolahan, TNI, Polri, dan lainnya itu, petani akan terbantu dan masih bisa menjual dengan harga Rp6.800 per kilogram. Dengan pasar khusus, perekonomian masyarakat khususnya petani akan bergerak, pengepul dan industri hilir pun berkembang. Masyarakat yang mengonsumsi kedelai lokal juga sehat," ujarnya.

        Dia juga mengatakan potensi budidaya kedelai lokal cukup tinggi. Pasarnya luas dan punya rasa khas serta menyehatkan. Sebanyak 72% kedelai lokal diproses di Jawa dan ditanam di Jawa. "Pasar yang besar juga di Jawa," kata Darto.

        Jadi Sandaran Hidup 92 Ribu IKM

        Darto menyatakan kedelai tak sekadar sebagai pangan rakyat yang bergizi dengan harga murah, tetapi juga menjadi sumber penghasilan masyarakat. Sebanyak 92 ribu Industri Kecil Menengah (IKM), 50% berupa industri tempe dan 40% industri tahu, sangat bergantung bahan baku kedelai. "Sisanya berupa industri kecap (10 persen, red), tauco, dan olahan lainnya juga sangat tergantung pada bahan baku kedelai," jelasnya.

        Menurut Darto, sebagai sumber protein yang murah dibanding daging ayam, telur, dan ikan, keberdaan kedelai lokal bisa dikembangkan dengan baik dari hulu hingga hilir. IKM pun perlu jaminan bahan baku untuk keberlanjutan usahanya. "Sebagai sumber protein yang murah, pemerintah perlu terus mendorong perluasan budidaya kedelai lokal," katanya.

        Keberadaan kedelai lokal juga bisa menghemat devisa negara dan mengurangi risiko kelangkaan bahan baku. "Dan yang tak kalah penting, dengan kedelai lokal bisa menyehatkan masyarakat," tambah Darto.

        Baca Juga: Kementan Percepat Investasi, Naik Tajam 150,7 Persen

        Bulog Bisa Jadi Bufferstock Kedelai

        Di tempat yang sama, Kepala Divisi Pengadaan Pangan Lain Perum Bulog, Yayat Hidayat Fatahilah mengatakan ke depan Bulog bisa jadi buffer stock kedelai. Hal itu sesuai regulasi pemerintah seperti yang termaktub dalam Inpres No.5/ 2015, Bulog bisa beli beras ke petani dengan harga Rp7.300/kg.?

        "Di kedelai pun kalau nanti sudah ada harga pembelian pemerintah, Bulog bisa beli kedelai ke petani dengan harga Rp8.500 per kilogram," bebernya.

        Yayat menambahkan setelah ada ketentuan harga pembelian pemerintah yang nantinya diatur melalui Inpres, Bulog bisa beli langsung ke petani kedelai lokal. Selanjutnya, Bulog bisa menyalurkan kedelai lokal ke sejumlah pengrajin tahu tempe, koperasi, dan IKM lainnya.

        "Saat ini, Bulog belum bisa leluasa karena dalam membeli kedelai hanya berdasarkan harga acuan pembelian dari Permendag," terangnya.

        Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan menegaskan pihaknya terus mendorong kedelai lokal ini. Karena itu, ia mengaku menginisiasi Rakor menggandeng Bulog dan Kemenko Perekonomian tersebut untuk bersama-sama mecari strategi pengembangan kedelai lokal.

        "Kedelai lokal bisa di-branding dan dijual khusus dengan harga mahal. Kedelai lokal yang ditanam petani bisa dijual ke rumah sakit, sekolah, panti jompo, dan konsumen khusus," jelasnya. "Dari konsumen bersegmen khusus ini harga jual petani akan tinggi dan memacu semangat petani menanam kedelai seluas-luasnya," tandas Suwandi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Puri Mei Setyaningrum
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: