Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia makin melambat pada tahun ini. Hal ini sejalan dengan proyeksi Lembaga Moneter Internasional yakni IMF (International Monetary Fund) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di 2019 menjadi 3% dari sebelumnya 3,2%. Angka ini merupakan terendah sejak krisis keuangan global terjadi di 2008 lalu.
"Pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan volume perdagangan akibat ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok serta berkurangnya kegiatan produksi di banyak negara," ujar Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Retno Ponco Windarti, di Yogyakarta, Kamis (31/10/2019).
Baca Juga: Tantangan Ekonomi Makin Kompleks, BI: Perlu Kebijakan Berbasis Riset
Menurut Retno, melambatnya pertumbuhan ekonomi global tersebut pada akhirnya berdampak ke berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. "Perekonomian AS tumbuh melambat, demikian juga perekonomian di Eropa, Jepang, Tiongkok, India, dan beberapa negara lainnya. Perekonomian dunia yang belum kondusif juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik," kata Retno.
Dampak itu terlihat pada pertumbuhan ekspor yang masih mengalami kontraksi di tengah permintaan global dan harga komoditas global yang menurun. Investasi khususnya investasi non bangunan yang belum kuat. "Namun konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh inflasi yang rendah dan bantuan sosial pemerintah," cetusnya.
Lebih lanjut, Retno mengungkapkan, berbagai negara merespons perkembangn ini dengan melonggarkan kebijakan moneter dan memberikan stimulus fiskal. Sementara itu, sedikit meredanya ketidakpastian pasar keuangan global mendorong aliran masuk modal ke negara berkembang.
Ke depan, berbagai ketidakpastian dari ketegangan hubungan dagang AS dan Tiongkok serta risiko geopolitik lain tetap perlu dicermati karena dapat memengaruhi upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.
"Bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah diharapkan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprakirakan berada di sekitar batas bawah kisaran 5,0?5,4% pada tahun 2019 ini dan meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1?5,5% pada tahun 2020," tukasnya.
Sekadar informasi, BI menerapkan bauran kebijakan Moneter dan Makroprudensial serta sistem pembayaran untuk menghadapi tantangan ekonomi tersebut. Pada RDG tanggal 23-24 oktober yang lalu, BI kembali menurunkan BI 7D RR Rate sebesar 25 bps menjadi 5 persen sehingga sejak Juli 2019, BI telah menurunkan suku bunga kebijakan sebanyak 4 kali berturut (100 bps).
Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: