Polisi Kepung Demonstran Pro-Demokrasi, Mereka Akan Menyerah Hanya Jika...
Para pengunjuk rasa yang bertahan di sebuah universitas Hong Kong menolak menyerah meski telah dikepung polisi.
Murid-murid sekolah menengah termasuk di antara mereka yang bersembunyi di dalam Universitas Politeknik Hong Kong (PolyU). Mereka takut akan ditangkap atau ditembaki oleh polisi, dan banyak yang meringkuk menggunakan selimut darurat untuk menjaga diri mereka tetap hangat.
Beberapa pengunjuk rasa melarikan diri dengan merayap menggunakan tali dari jembatan ke jalan, di mana mereka dibawa pergi dengan sepeda motor, sementara yang lain menghilang ke lubang got. Upaya itu tampaknya terkoordinasi untuk mengalihkan perhatian polisi selama operasi pelarian, puluhan ribu orang mengalir menuju kampus PolyU ketika bentrokan serentak berkecamuk dengan polisi di distrik Kowloon.
Baca Juga: Lagi-lagi China Kesal Ada Intervensi Inggris-AS atas Hong Kong
Bentrokan itu yang paling intens dan berkepanjangan selama krisis pro-demokrasi Hong Kong, yang telah membuat jutaan orang turun ke jalan sejak Juni untuk menyuarakan kemarahan terhadap pemerintah pusat China yang mengikis kebebasan wilayah itu.
Fase baru kekerasan
Fase baru gangguan massal pekan lalu menyebabkan kekacauan di seluruh pusat keuangan internasional, mengakibatkan sekolah-sekolah ditutup, jalur kereta terganggu dan jalan-jalan utama terhalang oleh barikade.
Langkah ratusan pemrotes keras untuk mengambil alih PolyU pada akhir pekan juga merupakan taktik baru. Sebelumnya mereka telah fokus pada protes dan tindakan vandalisme.
Para pengunjuk rasa melawan polisi menggunakan bom molotov, panah dan batu bata. Mereka juga membakar pintu masuk universitas pada Senin (18/11/2019).
Melansir AFP, Selasa (19/11/2019) seorang petugas di dekat kampus tertembak panah di bagian kakinya. Rekaman menunjukkan polisi lapis baja memukuli demonstran yang jatuh dengan tongkat saat mereka sudah berbaring di tanah.
Dugaan kebrutalan polisi adalah salah satu keluhan utama demonstran, tetapi perwira senior mengatakan petugas mereka bertindak sesuai dengan hukum.
Peringatan penyerahan
Dalam komentar publik pertamanya tentang krisis PolyU, kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam pada Selasa (19/11/2019) mengatakan para pengunjuk rasa yang harus menyerah.
"Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan kerja sama penuh para pengunjuk rasa, termasuk tentu saja para perusuh bahwa mereka harus menghentikan kekerasan, menyerahkan senjata dan keluar secara damai dan mengambil instruksi dari polisi," kata Lam dalam konferensi pers.
Lam mengatakan anak-anak yang menyerah tidak akan ditangkap, meskipun pemrotes berusia di atas 18 tahun akan menghadapi tuduhan kerusuhan.
Namun beberapa pengunjukrasa lebih memelih bertahan di dalam kampus.
"Jika kami menyerah, mereka akan memenjarakan kami. Itu seperti kami memiliki dua pilihan, tetapi sebenarnya kami hanya memiliki satu [pilihan] yaitu penjara," kata salah satu pengunjuk rasa, seorang mahasiswa teknik mesin yang memberikan namanya sebagai Matthew, kepada AFP di dalam kampus.
Lam mengatakan sekitar 100 orang tetap di dalam kampus pada Selasa pagi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: