Memprihatinkan, Serangan Jet Tempur Israel Tewaskan 11 Warga Suriah dalam Satu Malam
Serangan rudal oleh pesawat jet tempur Israel di Suriah pada Rabu (20/11/2019) kemarin dilaporkan menewaskan 11 orang, termasuk tujuh warga asing. Namun, serangan itu tidak menargetkan sistem pertahanan rudal S-300 buatan Rusia karena ada posisi tentara Moskow di sana.
"Kami sedang mempersiapkan pertahanan dan serangan, dan kami akan menanggapi setiap upaya untuk membalas," kata Juru Bicara IDF Hidai Zilberman kepada wartawan pada hari Rabu, seperti dikutip dari Times of Israel, Kamis (21/11/2019).
Serangan udara militer Zionis itu diklaim menargetkan Pasukan Quds Iran yang berbasis di Suriah. Gempuran udara tersebut sebagai respons atas serangan sejumlah roket dari wilayah Suriah ke negara Yahudi pada hari sebelumnya.
Baca Juga: Pentagon: Rudal Iran Tak Tertandingi di Timur Tengah, Lebih Besar dari Israel
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pihaknya sedang bersiap-siap untuk mengantisipsi respons militer Iran. IDF mengaku siap bereaksi mulai dari respons tenang hingga serangan skala penuh.
"Kami siap untuk tiga skenario; tidak ada respons, respons kecil, dan respons yang lebih signifikan," katanya lagi.
Kecuali untuk bala bantuan pertahanan udara kecil, tidak ada perubahan signifikan pada penyebaran IDF di Israel utara pada Rabu pagi. Komando Depan IDF juga tidak memberlakukan pembatasan keamanan pada penduduk di utara negara tersebut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berpusat di Inggris mengatakan bahwa setidaknya 11 orang tewas, termasuk tujuh warga asing dalam serangan Israel di Suriah. Menurut Observatorium, tujuh warga asing itu kemungkinan adalah warga Iran.
Rekaman video dari media Suriah menunjukkan rudal pertahanan udara Suriah jatuh ke tanah di daerah padat penduduk tak lama setelah peluncuran, yang kemungkinan bertanggung jawab atas jatuhnya beberapa korban.
"Di pagi hari, kita akan mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang korban mereka," kata Zilberman.
Seorang pejabat senior pertahanan Zionis mengatakan kepada wartawan bahwa Israel percaya mereka membunuh dan melukai sejumlah orang Iran dalam serangan itu.
?Kami menghantam sebuah bangunan yang dikelola oleh orang Iran di bandara Damaskus. Kami menilai ada banyak warga Iran yang terbunuh dan terluka," kata pejabat itu, yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Baca Juga: Israel Kembali Serang Suriah
Pejabat itu mengatakan bahwa Israel menghancurkan enam baterai pertahanan udara Suriah, serta beberapa bangunan di pangkalan militer Suriah yang dikendalikan oleh Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Dalam foto ini yang dirilis oleh kantor berita negara Suriah, SANA, sebuah bangunan yang rusak yang ditargetkan oleh serangan rudal Israel terlihat di pinggiran Qudsaya, sebelah barat ibu kota Damaskus.
"Serangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas peluncuran roket oleh Pasukan Quds Iran dari wilayah Suriah," kata militer Zionis dalam sebuah pernyataan.
Israel telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima kubu militer Iran di Suriah dan bahwa mereka akan membalas setiap serangan terhadap negara Yahudi dari Suriah.
Zilberman mengatakan IDF juga menyerang posisi Suriah sebagai tuan rumah Pasukan Quds Iran. Alasannya, militer Damaskus intervensi operasi IDF terhadap Pasukan Quds.
Israel telah berulang kali memperingatkan diktator Suriah Bashar al-Assad untuk tidak melakukan intervensi selama serangan IDF terhadap target Iran di negaranya atau kalau tidak militernya juga akan menjadi sasaran, seperti yang terjadi hari Rabu.
Menurut IDF, sasaran serangan terhadap Suriah termasuk sistem pertahanan udara modern, yang dioperasikan dalam 10 tahun terakhir, serta pusat komando dan sistem senjata.
Namun, baterai sistem anti-pesawat S-300 buatan Rusia yang dioperasikan Suriah tidak ikut ditargetkan oleh Israel karena ada kehadiran pasukan Rusia di sekitarnya.
Tidak jelas apakah S-300 telah digunakan untuk menembaki pesawat tempur Israel atau tidak dalam insiden kemarin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto