Nama I Gde Mastra tak bisa lepas dari Ubud Cottages Malang. Lewat hotelnya itu, ia sukses membawa Bali ke Malang. Ia dengan berani melakukan sesuatu yang baru, hal yang belum dilakukan bahkan terpikirkan orang lain.
Di Malang, nama I Gde Mastra sudah sangat dikenal. "Orang Bali yang punya Hotel Ubud". Hotel dan cottage-nya tak hanya bernuansa Bali, tetapi sangat Bali. Tamu yang datang akan merasa seperti di Pulau Dewata. Bangunannya, eksteriornya, pendoponya, busana para staf hotel, hingga pepohonannya yang rindang dan asri, semuanya, membuat tamu lupa sedang berada di Malang.?
Baca Juga: Menikmati Nuansa Ubud Bali di Kota Malang | Review Ubud Cottages Malang
Gde melihat peluang bisnis perhotelan begitu besar di Malang. Kota ini adalah kota pendidikan. Banyak kampus. Banyak yang datang untuk melanjutkan studinya di sini. Malang juga dekat dengan Batu. Kota wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Tapi penginapan biasa sudah banyak di kota ini. Gde tak mau yang biasa-biasa. Ia ingin menawarkan sesuatu yang berbeda. Dibangunlah Ubud Hotel di Jalan Bendungan Sigura-gura Barat Nomor 6, Malang. Dilanjutkan dengan cottages yang lokasinya tak jauh dari hotel. Uniknya, hotel dan cottages miliknya itu tidak di berada di pinggiran jalan, melainkan di dalam sebuah kompleks perumahan.
Pria yang punya empat gelar akademik ini bisa dibilang sukses. Tapi suksesnya itu tak datang tiba-tiba. Ia merintis dari bawah. Sejak kecil ia terbiasa melihat orangtuanya berdagang, berinteraksi dengan pembeli. Ia kerap diminta membantu berjualan. Saat menimba ilmu di Pulau Jawa, ia melihat ada peluang untuk membawa jeruk Bali dan memasarkannya di sini.
"Sejak mahasiswa tingkat tiga saya sudah mulai berbisnis. Dari bisnis yang sederhana, sambil menuntut ilmu. Saya bawa jeruk Bali untuk dijual di sini," kata Gde yang ketika itu mengambil jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Veteran Surabaya.
Ia sempat vakum berbisnis karena menjadi pegawai bank mengikuti keinginan orangtuanya. Namun akhirnya kembali ke dunia bisnis yang lama digelutinya. "Bahkan saya sampai menjadi kepala bank waktu itu. Tapi dari kontemplasi, renungan, dan macam-macam variabel, akhirnya balik lagi berbisnis," kata pengusaha yang juga berprofesi notaris ini.
Ubud Cottages Malang
Ubud memang ada di Bali. Sebuah desa wisata yang terkenal dengan lanskap sawah, hutan, dan pemandangan alam yang indah. Tapi Gde berhasil membawa Ubud ke tengah Kota Malang. Ia ingin menampilkan hunian yang berbeda dari yang lain lewat Ubud Hotel & Cottage Malang.
"Ketika kita berbeda, mudah-mudahan ada keunggulan di sana. Kita bisa men-declare kalau di Jatim kita ini satu-satunya. Sehingga menarik tamu untuk hadir. Dengan beda properti, beda layanan, beda sentuhan, kita ingin mengusung sesuatu yang berbeda," katanya.
Namun tak mudah mewujudkan ide di kepalanya itu. Ia harus merogoh kocek sangat dalam. "Dari segi biaya memang mahal. Bisnis properti ya seperti itu. Di awal-awal memang (sulit). Tapi seiring waktu (tidak lagi) ... apalagi huniannya relatif bagus," katanya.
Di atas lahan seluas 3,5 hektare, Gde membangun 'Ubud'. Dia memboyong tukang dari Bali. Materialnya pun dibawa langsung dari sana. Tempelan dinding dan tiang-tiang, patung-patung, bahkan hiasan gantungan dari pelepah daun kelapa.
Hampir semua eksterior yang ada di Ubud Cottage berasal dari Pulau Bali. Ia ingin cottage-nya ini asli, seasli-aslinya. Otentik. Seperti Desa Ubud.
Ubud Cottages Malang dibangun setelah 13 tahun Ubud Hotel beroperasi. Pada 2014, Ubud Cottages akhirnya resmi beroperasi. Tamu-tamu hotel dan cottage berdatangan. Dari Malang maupun dari luar Malang. Mereka ingin menikmati indahnya Ubud, mencicipi menu khas Bali yang halal, atau menyaksikan tari-tarian tradisional Pulau Dewata.
Dalam perjalanannya membangun bisnis perhotelan, Ia menghadapi sejumlah tantangan. Bangunan yang indah tak bisa dibiarkan dirawat seadanya. "Perlu perawatan ekstra dan mahal agar tetap indah selamanya. Itu tantangan," katanya.
Kualitas sumber daya manusia juga tantangan baginya. "SDM adalah pe-er (pekerjaan rumah) kita. 10 Desember ini kita rencana bikin holding. Ada satu unit usaha berupa training. Kita akan mendidik dari dalam. Men-training pekerja baru atau pekerja yang sudah ada. Dengan cara seperti itu, kita bisa mengatasi kendala yang selama ini dihadapi," paparnya.
Persaingan dan perkembangan teknologi dalam bisnis perhotelan ia hadapi dengan inovasi. Ia punya rencana besar, tak mau kalah dari OYO, perusahaan startup dengan jaringan hotel yang luas di sejumlah negara.
"Nanti ketika kita sudah siap (SDM dan sistem), kita akan meng-operate hotel-hotel. Saya ingin membangun sistem jaringan Ubud Hotel. Nanti, di mana-mana ada Ubud Hotel. Ada Ubud di Malang," katanya bangga.
Gde merasa harus terus berinovasi agar bisa melangkah maju. "Kelemahan saya, habis bikin satu (usaha) lalu ditinggal pergi. Harus ada yang melanjutkan. Nyari tantangan baru. Saya ini semi petarung.? Kata orang, ini jiwa pendobrak," katanya tertawa. Saat ini ia tengah mempersiapkan pembukaan cabang Ubud Hotel di Kota Batu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lili Lestari
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: