H-2 Kopi Darat Trump-Xi Jinping, Steven Mnuchin: Deal Dagang Aman!
Publik tengah memusatkan perhatian kepada pertemuan antara dua kepala negara yang terlibat dalam perang dagang selama hampir dua tahun ke belakang, yakni Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden China, Xi Jinping. Keduanya dikofirmasi akan bertemu di Washington pada Rabu (15/01/2020) mendatang guna menandatangani kesepakatan dagang tahap I.
Dengan semakin dekatnya waktu pertemuan tersebut, poin-poin perjanjian dagang antara AS-China menjadi satu hal terpenting untuk diketahui publik. Sebelumnya, beredar kabar bahwa selama proses penerjemahan draf damai dagang ke dalam bahasa China, terdapat beberapa poin kesepakatan yang berubah.?
Baca Juga: Sekali Dayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui: Rupiah Tenggelamkan Dolar AS dan Jadi Nomor 1 di Dunia!
Baca Juga: Bodo Amat Soal Perang Timur Tengah, AS-China Bakal Bersua Pekan Depan, Benar Begitu Mr. Trump?
Namun, hal itu dibantah oleh Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin. Ia memastikan bahwa tidak ada perubahan poin kesepakatan apa pun selama proses penerjemahan yang cukup memakan waktu itu. Mnuchin mengatakan, selama dua tahun mendatang, China akan meningkatkan pembelian produk pertanian AS menjadi senilai US$40 miliar hingga US$50 miliar per tahun.
"Itu (deal dagang) tidak berubah dalam terjemahan. Saya tidak tahu dari mana rumor itu dimulai. Kami telah melalui proses penerjemahan dan bahasanya akan dirilis minggu ini. Jadi, saya pikir pada hari penandatanganan, kami akan merilis versi bahasa Inggris," tegas Mnuchin dikutip dari Reuters, Jakarta, Senin (13/01/2020).
Baca Juga: Hah!! Ketimbang AS, China Paling Berpengaruh di Indonesia?
Lebih lanjut, Mnuchin menyatakan optimismenya bahwa China tidak akan mengusik perjanjian dagang yang telah disepakati dan dituliskan dalam draf tersebut.?
"Orang-orang bisa melihat, ini adalah perjanjian yang sangat, sangat luas. Biar saya katakan, ini adalah US$200 miliar produk tambahan di seluruh papan selama dua tahun ke depan dan khususnya di bidang pertanian sebesar US$40 miliar hingga US$50 miliar," sambungnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih