Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PBB: 2019 Tahun Terpanas Kedua Sepanjang Sejarah

        PBB: 2019 Tahun Terpanas Kedua Sepanjang Sejarah Kredit Foto: REUTERS/Agustin Marcarian
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam pernyataannya Rabu (15/01), PBB menyampaikan bahwa dekade terakhir merupakan dekade terpanas di mana tahun 2019 diklaim sebagai tahun terpanas kedua sepanjang sejarah. Tercatat, tahun terpanas sepanjang sejarah adalah tahun 2016.

        "Sejak tahun 1980-an setiap dekade lebih hangat dari dekade sebelumnya," Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan dalam sebuah pernyataan. WMO juga mengatakan bahwa "tren ini diperkirakan akan terus berlanjut."

        Baca Juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem, Gubernur Jakarta Mau Siapkan...

        Laporan WMO berdasarkan kumpulan data terkemuka dari seluruh dunia.

        "Tahun 2020 telah dimulai dimana tahun 2019 meninggalkan serangkaian peristiwa kondisi cuaca dan iklim," tutur kepala WMO, Petteri Taalas.

        "Sayangnya, kami memperkirakan akan melihat banyak cuaca ekstrem sepanjang 2020 dan beberapa dekade mendatang, diakibatkan oleh tingginya tingkat gas rumah kaca yang memerangkap panas di atmosfer," lanjut Taalas.

        Taalas secara khusus merujuk peristiwa kebakaran hutan hebat yang melanda Australia, yang telah menewaskan sedikitnya 28 orang, membuat puluhan ribu orang mengungsi, dan membunuh hingga 1 miliar hewan.

        Lautan sebagai wilayah paling terdampak panas

        PBB telah mengatakan bahwa emisi buatan manusia perlu turun sebanyak 7,6% per tahun sampai tahun 2030 sebagai upaya membatasi naiknya suhu menjadi 1,5 derajat Celsius, sesuai yang tercantum dalam Perjanjian Paris 2015 yang ditandatangani oelh banyak negara.

        Taalas menyebut bahwa proses pencatatan cuaca modern sudah dimulai sejak tahun 1850. Dan sejak saat itu suhu global telah meningkat rata-rata sebesar 1,1 derajat Celcius. Karena sebagian besar panas dunia berada di lautan, kehidupan laut dan ekosistemnya merupakan yang paling terkena dampak panas global, dibuktikan dengan kematian massal ikan dan pemutihan karang yang meluas.

        "Dengan kondisi emisi karbon dioksida saat ini, kita tengah menuju peningkatan suhu tiga hingga lima derajat Celcius pada akhir abad ini," papar Taalas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Shelma Rachmahyanti

        Bagikan Artikel: