Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menyalak ke Amerika, Iran: Presidenmu Muka Dua!!

        Menyalak ke Amerika, Iran: Presidenmu Muka Dua!! Kredit Foto: Reuters/Official Khamenei
        Warta Ekonomi, Bogor -

        Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump disebut sebagai badut yang tak dapat dipercaya oleh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.?Tak sampai di situ, ia juga memuji serangan rudal Teheran terhadap markas-markas militer Amerika di Irak pada Rabu pekan lalu.

        Pernyataan Khamenei itu disampaikan dalam khotbah salat Jumat di Teheran, di mana dia tampil sebagai khatib untuk pertama kalinya sejak 2012. Khotbah disampaikan dalam salat Jumat di Masjid Agung Imam Khomeini.

        "Presiden Donald Trump adalah badut yang hanya berpura-pura mendukung orang-orang Iran, tetapi akan mengayunkan belati beracun ke punggung mereka," katanya.

        Baca Juga: Ali Khamenei: Dukungan Ilahi Beri Kekuatan Iran 'Tampar Wajah' AS

        "Pemerintah AS yang jahat berulangkali mengatakan bahwa mereka mendukung rakyat Iran. Mereka bohong," katanya. "Jika Anda berdiri dengan orang-orang Iran, itu hanya untuk menusuk hati mereka dengan belati beracunnya."

        Dia juga menegaskan Iran tidak akan tunduk pada tekanan Amerika setelah berbulan-bulan menjatuhkan sanksi. Lebih lanjut, dia mengecam keputusan Washington untuk membunuh komandan Pasukan Quds, Jenderal Qassem Soleimani, sebagai serangan pengecut.

        "Pemerintah AS yang tidak tahu malu dipermalukan dengan menyebut martir Soleimani sebagai teroris ketika ia diakui oleh semua orang sebagai komandan paling kuat dalam perang melawan terorisme," katanya. "Pemerintah AS membunuh martir Soleimani, bukan di medan perang tetapi dengan (serangan) cepat dan pengecut," imbuh Khamenei, seperti dikutip Fox News.

        Jenderal Soleimani dibunuh AS melalui serangan rudal Hellfire via drone MQ-9 Reaper di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020. Iran membalas dengan menembakkan serentetan rudal balistik ke Pangkalan Udara Ain al-Asad dan Erbil di Irak yang digunakan militer Amerika.

        Pentagon awalnya mengatakan tak ada korban jiwa maupun luka dalam serangan rudal-rudal Teheran. Namun, militer Amerika pada akhirnya mengakui ada 11 tentaranya yang diterbangkan dari Pangkalan Udara Ain al-Asad di Irak dan dirawat karena gejala gegar otak.

        "Fakta bahwa Iran memiliki kekuatan untuk memberikan tamparan kepada kekuatan dunia menunjukkan tangan Tuhan," kata Khamenei.

        "Lebih penting dan lebih besar dari serangan militer, itu merupakan pukulan bagi martabat dan kekaguman AS sebagai negara adidaya," sambung Khamenei.

        Ketika Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran bersiap menghadapi kemungkinan serangan balik Amerika pada Rabu lalu, pasukan tersebut secara tak sengaja menembak jatuh sebuah pesawat komersial Ukraina yang lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran. Sebanyak 176 orang di dalam pesawat tewas, yang sebagian besar merupakan warga Iran.

        Khamenei menyebut insiden penembakan pesawat Ukraina itu sebagai "insiden pahit" yang membuat Iran sedih sekaligus membuat musuh-musuhnya senang.

        Pihak berwenang Teheran menyembunyikan peran mereka dalam tragedi selama tiga hari, dan awalnya menyalahkan kecelakaan itu pada masalah teknis. Namun, atas perintah Khamenei, militer Iran mengakui insiden itu akibat tembakan rudal, di mana Iran dalam posisi terintimidasi Amerika.

        Ribuan orang menghadiri salat Jumat dengan khatib Khamenei. Beberapa jamaah sesekali menginterupsi khotbah dengan teriakan "Allah adalah yang terbaik!" dan "Matilah Amerika!"

        Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat terus meningkat sejak Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir multinasional 2015. Perjanjian itu menyepakati pembatasan program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

        Sejak "mengkhianati" perjanjian itu pada 2018, AS telah menjatuhkan serangkaian sanksi yang menyengsarakan Iran.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: