Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bermodal Tekad, Begini Kisah Zhang Yong Menjadi Orang Terkaya di Singapura

        Bermodal Tekad, Begini Kisah Zhang Yong Menjadi Orang Terkaya di Singapura Kredit Foto: CNBC.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Zhang Yong adalah miliarder Singapura asal Singapura yang merupakan pendiri restoran Haidilao International Holding Ltd, yang terkenal dengan restoran hot pot HaiDiLao. Pada akhir 2018, Haidilao Hot Pot memiliki 466 toko yang dioperasikan langsung di lebih dari seratus kota.

        Dari hotpot Haidilao ini, Zhang Yong mendapatkan kekayaan bersih US$13 miliar pada tahun 2019.

        Zhang, yang dilahirkan miskin di daerah pedesaan China awalnya meminjam uang dari tiga temannya untuk memulai restoran hotpotnya sendiri, saat itu ia berhenti dari pekerjaan pabrik yang hanya membayarnya US$14 sebulan atau setara dengan Rp190ribu (kurs Rp13.500).

        Restoran itu pun tumbuh mengubah Zhang menjadi seorang maestro, dan ketiga investornya turut menjadi miliarder.

        Baca Juga: Baru! Zhang Yong Jadi Orang Terkaya Baru di Singapura

        Pria 49 tahun ini tinggal di Singapura. Ia pun memboyong keluarganya dari China ke negara Asia Tenggara pada tahun 2018 dan menjadi warga negara yang dinaturalisasi serta memiliki paspor Singapura.

        Zhang lahir pada tahun 1970 di daerah pedesaan Jianyang, di provinsi Sichuan barat daya China. Pada tahun 2019 dengan anggota program manajemen bisnis Hangzhou di Universitas Hupan, Zhang mengatakan masa kecilnya harus merasakan kemiskinan dan kelaparan.

        Sebagian besar karyawan China Haidilao adalah orang-orang dari kota-kota dan pedesaan dengan pendidikan terbatas.

        Dalam 25 tahun, bisnis tersebut tumbuh dari satu toko di kota kelahiran Zhang menjadi lebih dari 460 toko di seluruh dunia, dengan cabang di berbagai negara seperti AS, Inggris, Korea Selatan, Jepang, Australia, Kanada, Singapura, dan Malaysia.

        Dalam bahasa Mandarin, haidilao berarti "mencari harta karun di dasar laut".?Dilansir dari Business Insider, dalam sebuah wawancara tahun 2010, Zhang mengatakan ia memilih nama itu setelah istrinya mencetak haidilao dalam permainan mahjong.

        Saat remaja, Zhang mendidik dirinya sendiri dengan membaca buku-buku internasional dari perpustakaan daerah. Ia kemudian bekerja sebagai tukang las di pabrik traktor yang dikelola pemerintah selama enam tahun hingga menghasilkan 93 yuan (US$14 atau Rp190ribu) sebulan sebelum akhirnya ia makan hot pot untuk pertama kalinya.

        Dilansir Bloomberg, suatu hari, ia memutuskan untuk makan di restoran yang layak, bukan di kafetaria perusahaan seperti biasanya. Namun menurutnya, makanan di perusahaan tersebut di bawah standar dan stafnya kasar.

        Setelah berselisih dengan atasannya, Zhang pun keluar dari pekerjaannya dan meminjam uang dari tiga temannya (termasuk istrinya) untuk membuka sebuah restoran kecil.

        Dilansir dari The Economic Obeserver, ia meminjam sekitar 10.000 yuan (US$1.500 atau Rp20 juta-an) dari Shu dan teman-temannya Shi Yonghong dan Li Haiyan untuk mendanainya.

        Cara Zhang menarik pelanggan adalah dengan konsep four-table restaurant serta camilan gratis dan diskon, ia bahkan mendengarkan keluhan pelanggan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

        Zhang mengatakan kepada Bloomberg pada tahun 2019 bahwa sebenarnya ia tidak tahu cara membuat hotpot dengan baik, maka dari itu ia fokus pada pelayanan prima.

        "Saya pribadi memastikan bahwa setiap tamu yang datang melalui pintu saya akan kembali," katanya kepada Forbes.

        Zhang tidak memiliki strategi bisnis, ia hanya ingin lepas dari kemiskinan yang telah menggerogoti masa kecilnya. Pada tahun 2019, kekayaan besar Zhang membawanya pada peringkat pertama dalam daftar orang terkaya di Singapura versi Forbes.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: