Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Meminjam Kacamata Milenial

        Meminjam Kacamata Milenial Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan bahwa sedikitnya 81 juta jiwa kalangan milenial Indonesia saat ini tercatat masih belum memiliki rumah.

        Fakta ini seolah kembali mempertegas persepsi yang ada di masyarakat selama ini bahwa kelompok milenial sejauh ini masih relatif enggan untuk menjadikan hunian sebagai salah satu prioritas kebutuhan yang harus dipenuhinya.

        Disinyalir, kalangan muda yang kini mendominasi dalam struktur usia produktif masyarakat di Indonesia itu lebih mengedepankan kebutuhan hiburan, seperti jalan-jalan dan membeli gadget terbaru ketimbang memiliki rumah sendiri dengan segera.

        Baca Juga:?Menjawab Sengkarut Backlog Hunian Lewat Kacamata Milenial

        Harganya yang terlalu mahal, kebutuhan yang dirasa belum terlalu mendesak, serta proses pembelian yang dinilai terlalu ribet dan merepotkan menjadi beberapa alasan yang kerap muncul sebagai dasar keengganan generasi milenial untuk segera membeli rumah idamannya.

        Fenomena ini tentu harus segera disikapi oleh para pelaku industri properti nasional, tak terkecuali dari sektor pembiayaan. Lalu, bagaimana PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) sebagai market leader di bidang pembiayaan perumahan Indonesia menyikapi kondisi ini? Seperti apa strategi yang disiapkan guna menjawab tantangan pasar tersebut? Apa yang harus dilakukan untuk kembali dapat memantik minat generasi milenial untuk memiliki rumah idaman?

        Berikut adalah rangkuman dari hasil wawancara Tim Redaksi Warta Ekonomi dengan Direktur Utama BTN, Pahala N Mansury, dalam beberapa kesempatan.

        Bagaimana BTN melihat perubahan cara pandang di masyarakat, terutama kalangan milenial, dalam melihat produk hunian sebagai salah satu kebutuhan pokok yang perlu segera dipenuhi?

        Memang kita melihat perubahan itu selalu terjadi, di industri mana pun, dalam kondisi apa pun. Jadi kami sebagai pelaku industri memang dituntut untuk selalu siap dan sigap dalam menyikapi perubahan itu.

        Kita bisa lihat bersama, di mana usia produktif masyarakat saat ini semakin didominasi oleh generasi milenial yang secara habbit dan kebutuhan layanannya cukup berbeda. Cukup unik. Dan rupanya ada gap yang cukup terasa antara kondisi existing yang ada di sektor perumahan saat ini dengan kebutuhan yang ada di masyarakat itu tadi, terutama di segmen milenial.

        Seperti apa gap atau perbedaan yang terjadi itu? Seberapa besar pengaruhnya terhadap industri properti nasional?

        Ada banyak hal yang bisa dijadikan contoh betapa gap itu terjadi di lapangan. Misalnya saja soal jenis produk. Masyarakat dulu masih menginginkan unit produk yang cukup besar dan luas. Halaman yang juga cukup lega. Itulah kenapa dulu unit rumah di posisi hook (sudut jalan) sangat diminati karena kelebihan tanahnya cukup lebar. Tapi kini size, it doesn't matter.

        Unit kecil minimalis pun tak masalah, asal akses transportasinya bagus. Connecting to MRT misalnya atau dekat dengan stasiun KRL, dekat dengan akses tol. Itu yang lebih dicari customer saat ini, terutama generasi milenial yang pola hidupnya bisa dibilang lebih dinamis. Mereka suka mobile ke mana-mana, sehingga akses itu menjadi penting.

        Lalu seperti apa strategi BTN dalam menghadapi perubahan yang ada di market itu?

        Kami sudah menyiapkan lima strategi besar untuk bisa secara khusus merangkul potensi nasabah dari kalangan milenial ini. Orang bilang milenial malas menabung untuk beli rumah. No. It's not the point. Bagi saya, siapa sih orang yang enggak mau punya rumah idamannya sendiri? Semua orang pasti mau. Tak terkecuali generasi milenial. Hanya masalahnya lalu kenapa mereka enggan membeli rumah? That?s the point.

        Untuk bisa menjawabnya, kita harus tahu apa yang mereka mau. Kita harus benar-benar bisa meminjam 'kacamata' mereka, sudut pandang mereka, agar benar-benar paham apa saja yang menjadi poin-poin penting yang menjadi keinginan mereka. Dengan begitu, kita bisa lebih tahu produk-produk seperti apa yang sekiranya bakal diminati oleh mereka.

        Apa saja lima strategi tersebut?

        Hal pertama yang menjadi strategi kami adalah memperkuat akses digital masyarakat terhadap layanan BTN. Masyarakat hari ini semua penginnya instan dan tersedia dalam genggaman. Mulai dari hanya beli makanan sampai beli kebutuhan rumah tangga, beli baju, perabot rumah sampai tiket wisata, semua dibeli secara online.

        Maka kami juga harus menuju ke sana. Kami sudah punya aplikasi BTN Properti, di mana masyarakat tidak perlu lagi repot-repot cari rumah muter-muter ke sana kemari untuk survei lokasi. Tidak perlu lagi antre berdesak-desakan di Property Expo dengan mengumpulkan brosur rumah sampai bertumpuk-tumpuk. Lalu harus ribet lagi bolak-balik ke bank untuk urus pengajuan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Bahkan sampai layanan penghitungan simulasi KPR, mulai dari cicilannya, DP (uang muka/down payment) yang dibutuhkan dan sebagainya.

        Semuanya kini bisa diakses dari mana pun lewat satu aplikasi, BTN Properti. Tak hanya itu, ada banyak lagi kemudahan digital yang kami tawarkan, sehingga harapannya ke depan agar para milenial ini bisa menjadikan BTN sebagai 'rumah' yang nyaman dalam bertransaksi maupun memiliki hunian.

        Sedangkan untuk strategi kedua, lebih pada pengembangan berbagai segmen bisnis berikut dengan kelengkapan infrastrukturnya. Untuk menunjang strategi tersebut, maka diperlukan strategi berikutnya berupa mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), baik dalam hal produktivitas maupun juga dalam hal kapasitas kerja. Tentunya, strategi ini dilakukan dengan tetap mengedepankan azas prudentialitas.

        Masih ada dua strategi lagi?

        Ya. Strategi berikutnya, kami juga sedang bersiap menerapkan bisnis model baru yang lebih berfokus pada sektor ritel dan wholesale funding. Strategi ini sengaja kami tempuh untuk dapat menekan posisi biaya dana guna mendongkrak profitabilitas perusahaan. Selain itu, kami juga tidak ingin hanya dikenal sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan saja. Kami juga ingin menempatkan posisi BTN sebagai 'rumah' menabungnya para milenial dengan berbagai kemudahan yang diinginkannya.

        Terakhir, strategi kelima, kami juga terus berupaya mengakselerasi kemitraan dengan berbagai sektor, baik dari sisi pengembang hingga para pelaku di segmen teknologi keuangan (financial technology/fintech). Bagi kami keberadaan pelaku fintech sengat penting sebagai partner bagi BTN guna memperluas layanan dalam bentuk-bentuk alternatif yang selama ini belum banyak digarap oleh sektor perbankan.

        Sedangkan jalinan kerja sama dengan pengembang juga perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan sebuah produk hunian yang lebih sesuai permintaan pasar, dengan berbagai fasilitas yang juga sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini, terutama bagi kalangan milenial.

        Soal kesesuaian produk tersebut, selain soal desain unit yang Anda bilang di atas, bagaimana soal konsep pembiayaannya sendiri?

        Ya, soal fasilitas pembiayaan itu juga menjadi turunan dari upaya kami membuat kesesuaian produk dengan need yang ada di pasar tadi. Pelu ada pendekatan-pendekatan khusus yang kita lakukan untuk menyesuaikan karakteristik dan habbit dari kalangan milenial ini. Poinnya adalah soal fleksibilitas.

        Kami ada kerja sama dengan beberapa pengembang yang sistem pembiayaannya kami sebut Home Ownership Program for Employee (HOPE). Itu tenor cicilannya bisa mencapai 30 tahun dan tanpa uang muka (down payment/DP). Lalu, kami juga punya fasilitas pembiayaan di mana nasabah bisa mengajukan libur bayar hingga dua tahun. Ini menjadi solusi untuk milenial yang sebagian kerjanya bukan di kantoran dengan pemasukan reguler, tapi lebih by project atau istilahnya freelancer.

        Lalu ada juga fasilitas pembiayaan dengan konsep pembelian satu harga, sehingga nasabah tidak perlu lagi ribet memikirkan biaya provisi, BPHTB, dan lain sebagainya. Semua kita bebaskan. Jadi, nasabah cukup tahu satu harga saja dan itu sudah include semua. Semua fasilitas ini, lagi-lagi, kami package jadi satu dalam program KPR Gaeeesss For Millenials yang bisa diakses lewat satu aplikasi one stop solution namanya BTN Properti Mobile.

        Jadi, bisa dianggap bahwa kini BTN benar-benar sedang going digital?

        Iya. Tentu saja. Intinya sebuah perusahaan kan adalah bagaimana kita bisa terus bisa bertahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan yang ada di pasar, di masyarakat. Dan melihat kondisi hari ini, going digital itu sudah bukan lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keharusan jika tidak ingin tertinggal dan terlindas oleh perubahan yang terus terjadi.

        Dalam hal ini, BTN juga sebagai penguasa pasar di industri pembiayaan perumahan, juga tidak mau ketinggalan dan akan terus menyesuaikan diri dengan dinamika yang ada di masyarakat. Termasuk dalam hal digitalisasi.

        Selain itu, lewat upaya penguatan digitalisasi kami ingin menempatkan diri di tengah-tengah masyarakat untuk tidak hanya semata-mata menjadi bank pembiayaan perumahan, namun juga 'rumah' yang nyaman untuk seluruh aktivitas transaksi perbankan, terutama bagi kalangan milenial.

        Bagaimana kemudian menghadirkan seluruh layanan yang dibutuhkan masyarakat secara lebih mudah, simpel, nyaman, namun tetap dalam koridor prudensialitas. Melalui digitalisasi, kami ingin menjawab semua kebutuhan masyarakat, mulai dari aktivitas transaksi harian hingga kebutuhan perumahan. Semua kami hadirkan dalam layanan one stop solution secara langsung di genggaman.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Taufan Sukma
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: