Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CEO Paramount Land: Laju Bisnis Properti Terhadang Daya Beli

        CEO Paramount Land: Laju Bisnis Properti Terhadang Daya Beli Kredit Foto: Boyke P. Siregar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri properti tahun lalu menghadapi tantangan berat. Hal ini karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara umum, baik di dalam negeri maupun global. Dari dalam negeri, industri properti terimbas oleh laju investasi, kinerja ekspor yang melambat, serta pesta demokrasi seperti pilpres dan pilkada.

        Adapun dari lingkup global, faktor yang memengaruhi di antaranya dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, penurunan harga komoditas, serta perlambatan ekonomi di banyak negara.

        Lalu seperti apa bisnis properti di 2020? Apakah para pelaku usaha properti masih memiliki optimisme? Berikut petikan wawancara reporter Warta Ekonomi bersama Presiden Direktur Paramount Land Ervan Adi Nugroho di Serpong, Tangerang, Jumat (21/2/2020).

        Bagaimana evaluasi secara umum soal kinerja bisnis properti tahun lalu?

        Properti sudah cukup lama tidur. Kami berpikir setelah pilpres tahun lalu pasarnya akan naik lebih kuat. Namun, ternyata belum langsung cepat. Ada kenaikan sedikit, namun belum sampai kencang naiknya.

        Lalu proyeksi Anda tahun ini seperti apa?

        Kami harapkan tahun ini bisnis properti bisa lebih baik dibandingkan 2019. Saya percaya kebutuhan akan perumahan tetap tinggi. Hal ini didorong oleh pertumbuhan jumlah penduduk. Misalnya kalau pertumbuhannya 1%, berarti 1% dari 270 juta itu ada 2,7 juta penduduk baru. Belum nanti yang 10 juta backlog. Jadi, orang yang butuh rumah itu besar sekali.

        Menurut Anda tantangan seperti apa yang akan dihadapi ?

        Tahun ini tantangannya masih cukup besar juga. Apalagi dengan adanya virus corona yang berdampak kepada ekonomi global. Begitu perekonomian global melambat otomatis perekonomian domestik pasti terpengaruh.

        Kalau dari dalam negeri sudah pasti pertumbuhan ekonomi. Saya berharap pertumbuhan Indonesia bisa di atas 5% karena kebutuhan akan rumah harus didukung juga dengan daya beli. Dengan ekonomi yang hanya 5%, daya belinya menjadi terbatas. Hal ini yang saya lihat mengapa demand-nya masih cukup terbatas, sedangkan supply banyak.

        Apa target bisnis Paramount tahun ini?

        Tahun ini target marketing sales kami tetap Rp2,2 triliun. Angka ini memang sama dengan target yang kami pakai tahun lalu.

        Lalu soal milenial, bagaimana Paramount bisa mengakomodasi kebutuhan rumah para milenial ini?

        Jadi, memang ke depan milenial ini pasarnya paling besar ke depan. Cuma memang saat ini daya beli milenial belum seperti angkatan tuanya. Sekarang kami kombinasi generasi sebelum milenial tetap menjadi porsi utama kami. Porsi milenial ini, target kami berikutnya. Kalau sekarang daya beli milenial untuk rumah-rumah kelas Rp1 miliar. Namun, kami tetap sediakan, baik dari sisi landed ataupun apartemen.

        Saat ini kita memasuki era digitalisasi. Bagaimana perusahaan menyikapi perubahan ini?

        Memang kita sudah masuk ke digitalisasi. Terutama untuk sisi marketing-nya dalam mempromosikan produk. Namun, industri properti saat ini belum bisa secara penuh digitalisasi. Karena kaitan dengan properti ini kan legal. Legal ini kan mau tidak mau masih ada proses-proses yang tidak bisa full digital.

        Bisa diceritakan perjalanan karier Bapak?

        Saya di Paramount Land sudah masuk sejak pengembangan pertama lokasi di sini tahun 1993-1994. Waktu itu belum Paramount, masih Gading Serpong yang dikembangkan oleh kerja sama dengan Summarecon.

        Paramount sendiri baru dibentuk 2006. Jadi, saya memang masuk mulai dari belum apa-apanya sampai berjalan saat ini. Saya mulai dari manager sampai menjadi presiden direktur saat ini.

        Apa visi Anda untuk Paramount?

        Saya ingin kawasan Gading Serpong menjadi kota mandiri. Menjadi sebuah kota di mana semua kebutuhan sudah terpenuhi. Kota yang komplet. Dan ini sudah terbukti sampai sekarang, di mana semua fasiltas sudah ada di sini. Mulai dari pendidikan, olahraga, kesehatan, rekreasi. Sehingga tidak perlu pergi jauh-jauh. Semua sudah ada di sini.

        Apa arti sukses menurut Anda?

        Sukses itu menurut saya semua yang kita lakukan memberikan arti dan manfaat kepada semua, mulai dari keluarga, perusahaan hingga masyarakat. Kalau kita sudah bisa memberikan kontribusi dan manfaat kepada semua, itu yang saya namakan sukses secara pribadi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: