Dianggap Perusuh, Konglomerat Media Hong Kong Ini Ditangkap Atas Tuduhan Demokrasi Anti Pemerintah
Pengusaha dan konglomerat media Apple Daily, Jimmy Lai dikenal sebagai sosok pro-demokrasi. Namun, salah satu pengusaha paling terkenal di Hong Kong ini telah didakwa melakukan perkumpulan dan intimidasi ilegal.
Tuduhan pertemuan terlarang yang menimpa Lai berkaitan dengan dugaan kehadirannya dalam demonstrasi anti-pemerintah yang dilarang pada 31 Agustus 2019. Sedangkan tuduhan intimidasi berkaitan dengan bentrokan dengan seorang jurnalis pada 2017.
Baca Juga: Tampan dan Kaya Raya, Ini Sosok Konglomerat Pewaris Hyundai yang Juga Bangun Bisnis Sendiri
Apple Daily, surat kabar yang didirikan Lai diketahui memang sering mengkritik kepemimpinan Hong Kong dan China.
Dua tokoh pro-demokrasi lainnya yang ditangkap pada Jum'at (28/2/2020) ada politikus Lee Cheuk-yan dan Yeung Sum. Keduanya juga didakwa dengan satu tuduhan pertemuan ilegal sehubungan dengan protes yang sama.
Pada Agustus 2019 lalu, ribuan orang turun ke jalan pada mengabaikan larangan pemerintah. Inspektur Senior Wong Tung-kwong mengatakan ketiga pria itu akan dipanggil ke Pengadilan Eastern Magistrate pada 5 Mei 2020 mendatang.
Menurut laporan Apple Daily, yang dilansir BBC, Jumat (28/2/2020), Lai (71) ditangkap di rumahnya dan dibawa ke kantor polisi Kowloon. Polisi sempat berbicara kepada Lai pada 2018 tentang insiden pertikaiannya dengan seorang jurnalis, tetapi penyelidikan tidak berlanjut.
Jurnalis yang diduga diintimidasi oleh Lai bekerja untuk outlet berita Oriental Daily, saingan utama Apple Daily yang dianggap pro-Beijing.
Wabah virus corona pun diketahui telah menghentikan demonstrasi pro-demokrasi di kota itu, namun kemarahan terhadap pemerintah masih meluas.
Sebelumnya, kota itu menyaksikan protes hampir setiap minggu dengan aktivis memiliki serangkaian tuntutan, termasuk lebih banyak demokrasi dan lebih sedikit kendali dari Beijing.
Lai yang pada 2009 diperkirakan Forbes memiliki nilai USD660 juta dikenal kritis terhadap pemerintah Hong Kong.
"Pemerintah membenci nyali saya," katanya dalam sebuah wawancara dengan New York Times. "Mereka pikir saya pembuat onar."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: