Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AS-Inggris Beli Minyak Mentah dari Rusia. Analis: Hanya Bisnis

        AS-Inggris Beli Minyak Mentah dari Rusia. Analis: Hanya Bisnis Kredit Foto: Reuters/Jean-Paul Pelissier
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Data Federal Customs Service (FCS) Pemerintah Rusia mengungkapkan, Rusia menyediakan lebih dari dua kali lipat pasokan minyak mentah ke Amerika Serikat dan Inggris pada 2019.

        Penurunan harga minyak Ural Rusia dikombinasikan dengan sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran adalah salah satu alasan meningkatnya pembelian minyak dari negara beruang merah itu.

        Menurut FCS, total volume ekspor minyak mentah Rusia pada 2019 sebesar US$121 miliar. Pembeli terbesar adalah China, Belanda, dan Jerman. AS menyumbang 1,8 persen dari penjualan minyak Rusia tahun lalu. Inggris 0,9 persen dan Turki 3 persen.

        Baca Juga: Anjlok! Harga Minyak Dunia Turun, Saham Miliarder Ini Ikut Anjlok Kehilangan Rp14 Triliun!

        Menurut data yang dikutip outlet berita bisnis, RBC, Oktober lalu, Rusia menjadi pemasok minyak dan minyak bumi terbesar kedua ke AS. Akhir 2019, ekspor minyak mentah dari Rusia hampir US$2,2 miliar atau 2,4 kali lebih banyak dari 2018. Secara fisik, volume ekspor minyak dari Rusia ke AS melonjak dari 1,8 juta menjadi 4,7 juta ton.

        Pengiriman minyak mentah Rusia ke Inggris meningkat lebih dari dua kali lipat, baik dari segi nilai (dari US$493 juta menjadi US$1,2 miliar) maupun dari segi fisik (dari 0,98 juta ton menjadi 2,4 juta ton).

        Analis di Raiffeisenbank, Andrei Polishchuk mengungkapkan fakta bahwa AS dan Inggris membeli lebih banyak minyak mentah Rusia bukan karena motif politik. "Ini adalah ekonomi sederhana," katanya kepada RBC. Dia menjelaskan, negara-negara memilih dari siapa mereka membeli minyak semata-mata hanya karena soal keuntungan.

        Baca Juga: Pasar Global Terpukul Corona, WHO: Tenang, Jangan Panik!

        "Minyak dijual oleh pedagang, hanya ada sedikit kontrak langsung. Karena itu, pertama-tama, harga adalah faktor utama. Jika lebih menarik dari penjual lain, maka pembeli memilih minyak Rusia," ujarnya dikutip RT, Kamis (27/2/2020) lalu.

        Polishchuk mencatat, sanksi terhadap Venezuela adalah salah satu alasan AS mulai mencari volume minyak tambahan. Dan minyak Rusia ternyata lebih menarik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lili Lestari
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: