Banyak turis dalam negeri maupun mancanegara yang sangat suka berwisata ke Pulau Bali. Bahkan saking indahnya pemandangan di sana, membuat orang menjulukinya Pulau Dewata.
Namun, kali ini pemandangan Bali tampak sunyi dan meredup. Tak terlihat turis-turis berlalu lalang dengan ceria menikmati suasana Bali yang eksotis.
Tak bisa dipungkiri, Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang paling terdampak oleh wabah Covid-19.
Seperti dilansir BBC, Selasa (10/3/2020), selama lebih dari 40 tahun berkecimpung di bisnis pariwisata di Bali, Anak Agung Raka Bawa mengaku belum pernah mengalami kesulitan bisnis pariwisata seperti kali ini.
Baca Juga: Corona Terkam Industri Wisata Eropa, Ruginya US$1,1 M Tiap Bulan
Dalam dua bulan terakhir, nyaris tidak ada turis mengunjungi usaha wahana air miliknya yang terletak di Pantai Tanjung Benoa, Badung.
"Boleh dikatakan 99% kosong karena mayoritas tamu kami memang dari China," kata Raka.
Bahkan Kamis lalu tak tampak turis sama sekali di Rai Water Sport. Beberapa staf hanya duduk santai di kursi plastik merah menyala yang memenuhi aula.
"Walaupun harga paket lebih murah dibandingkan yang lain, tapi menang di (jumlah). Makanya saya senang menangani tamu China," kata Raka.
Kebanyakan turis dari China berwisata dalam rombongan, yang bisa mencapai 1.500-2.000 orang dalam satu grup. Setiap hari, rata-rata kunjungan ke usahanya mencapai 1.000 orang per hari.
Namun, kondisi itu berubah sejak virus korona mewabah di puluhan negara, yang berdampak pada pariwisata. Beberapa pemesanan sampai April 2020 pun dibatalkan.
Tanjung Benoa
Bukan hanya Rai Water Sport yang terkena dampak Covid-19, Tanjung Benoa, kawasan wisata olahraga air yang sangat populer di Bali juga tampak sepi. Hanya ada beberapa turis domestik yang bermain di pantai.
Para pengemudi perahu, penarik jangkar, pemandu menyelam, dan staf lain lebih banyak tiduran di bawah banana boat yang diparkir.
Ragil Pratama, yang bekerja mengemudikan perahu cepat untuk turis, mengakui penurunan penghasilan menyusul anjloknya kunjungan turis.
"Biasanya bisa bawa tamu sampai 80 orang. Sekarang dapat 30 saja sudah syukur," kata Ragil.
Ragil yang normalnya bisa mengantongi Rp100 ribu per hari, kini hanya sekitar Rp20.000 per hari. Pendapatannya benar-benar anjlok.
Baca Juga: Elite Demokrat Tampar Jokowi: Eksekusi Ibu Kota Nanti Dulu, Fokus Corona!
"Sudah sejak Imlek kondisinya begini. Mau bagaimana lagi. Ini kan memang tidak hanya masalah Bali atau nasional, tetapi global," lanjutnya.
Pemiliki bisnis wisata lainnya, Komang Suaryasa terpaksa memotong gaji pegawai yang kebanyakan bekerja dalam skema paruh waktu.
"Kami hanya bisa mengupah karyawan setengah gaji. Itu pun kami kurangi," katanya.
Suaryasa berusaha optimis jika kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Sebab dampak Covid-19 membuat orang benar-benar tak mau traveling.
"Saya berharap secepatnya (pulih). Apalagi kami di Bali sudah membuat persembahan khusus untuk menolak bala," kata Suaryasa.
Ketua umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Elly Hutabarat mengapresiasi stimulus pemerintah yang bertujuan menggerakkan perjalanan wisata domestik. Namun, ia menilai langkah itu tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: