Trump Pontang-Panting Lawan Corona, Xi Jinping Pasang Badan di Garis Terdepan!
Lonjakan kasus virus corona di Amerika Serikat (AS) menempatkan negara pimpinan Donald Trump itu di posisi pertama sebagai negara dengan kasus tertinggi di dunia. Tak mungkin berperang sendiri, Trump berusaha mencari bala bantuan dari pihak lain, termasuk dari Presiden China, Xi Jinping.
Gayung bersambut kata berjawab, Xi berjanji akan bekerja sama dengan Trump dan AS dalam memerangi pandemi corona. Dilansir dari South China Morning Post, komitmen Xi tersebut disampaikan melalui sambungan telepon oleh Menteri China, Ma Xiaowei kepada Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Alex Azar.
Baca Juga: Senasib Sepenanggungan Banget! Emas Global Berdarah-Darah, Emas Antam Ikut Memerah
Hal itu menjadi lanjutan dari perbincangan Xi dan Trump beberapa waktu lalu yang juga dilakukan melalui sambungan telepon dan menghasilkan mufakat untuk bekerja sama di garis terdepan dalam memerangi corona .
"China bersedia bekerja dengan komunitas internasional, termasuk AS dengan sikap terbuka, transparan, dan bertanggung jawab," jelas Ma dikutip pada Selasa (31/03/2020).
Lebih dari itu, Ma mengatakan bahwa kondisi di China terus membaik, di mana layanan kesehatan di negara tersebut juga telah beroperasi normal kembali. Oleh karena itu, baik China maupun AS sepakat untuk mempertahankan kerja sama dalam hal berbagi informasi, pengalaman, dan teknologi dalam memberantas virus mematikan itu.
Baca Juga: Xi Jinping Ungkap 3 Langkah Jitu untuk Bantu Global Menang Lawan Corona, Tapi Kok Bawa-Bawa Trump?
Asal tahu saja, beberapa waktu lalu, para pejabat AS mengaku sangat frustrasi dengan keengganan China untuk bekerja sama dengan AS. Hal itu kemudian memicu ketegangan di antara kedua negara tersebut hingga terjadi aksi saling tuduh perihal asal muasal virus corona.?
Sebagai dua kekuatan utama dunia yang telah bertengkar, pandemi telah menyebar di seluruh dunia. AS telah melampaui Cina dan Italia untuk menjadi negara dengan kasus yang paling banyak dikonfirmasi, yakni lebih dari 160.000, dan lebih dari 3.000 kematian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih