Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penerbangan Disetop, Pendapatan Garuda Anjlok 32%

        Penerbangan Disetop, Pendapatan Garuda Anjlok 32% Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kinerja bisnis PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk pada kuartal pertama diproyeksikan menurun dibanding realiasi diperiode yang sama tahun lalu. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa penutupan penerbangan ke China, Arab Saudi, dan Malaysia turut mendorong kinerja perseroan.

        "Kinerja kuartal pertama menunjukkan penurunan yang siginifikan pada pendapatan dari penumpang dan kargo sebesar 32%. Dampak paling signifikan terjadi pada tiga area yaitu China, Saudi Arabia, dan Malaysia," kata Irfan dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (29/4/2020).

        Baca Juga: Garuda Nego Ulang Sewa Pesawat dan Pangkas Rute

        Bahkan hingga akhir Maret 2020, kata Irfan, Garuda telah meng-grounded sedikitnya 100 armada pesawat setiap harinya dari total 142 armada yang dimiliki. Pihaknya memprediksi penurunan jumlah penumpang akan terus terjadi sepanjang Mei 2020. Ini Ini terjadi usai Kementerian Perhubungan merilis Permenhub Nomor 25/2020 tentang Larangan Mudik.

        "Kuartal I kita sangat dipengaruhi dampaknya oleh penutupan penerbangan ke China. Penurunan ini akan berlanjut hingga ke Mei ini. Kita akan melihat penurunan ini akan makin drastis menjelang Lebaran," ucapnya.

        Garuda pun, lanjut dia, telah menerapkan berbagai langkah untuk meraih pendapatan selama masa krisis Covid-19, dari mengoptimalkan kargo hingga menunda pembayaran gaji karyawan. Irfan mengungkapkan, Garuda memuat kargo ke kabin penumpang antarkota hal ini seiring dengan penerapan larangan mudik. Sudah ada 26 pesawat yang dipakai untuk layanan ini.

        Berikutnya renegosiasi biaya sewa pesawat. Contoh kontrak yang dinegosiasikan adalah biaya pinjam Boeing 777 untuk penerbangan ke Amsterdam, Belanda, yang selama ini menghabiskan US$1,6 juta per bulan per pesawat, padahal harga pasarnya diperkirakan hanya US$800 per bulan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: