Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ahli Epidemologi Ogah New Normal: Negara Lain Selesaikan Kesehatan Rakyat Dulu, Bukan Ekonomi!

        Ahli Epidemologi Ogah New Normal: Negara Lain Selesaikan Kesehatan Rakyat Dulu, Bukan Ekonomi! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah dijalankan di beberapa daerah sebenarnya cukup efektif meredam penyebaran virus Sars Cov-II. Masalahnya, ada pada konsistensi pengambil kebijakan, penafsiran penegakan kebijakan, dan tekanan psikologis masyarakat.

        Pakar Epidemiologi Universitas Hasanuddin, Ridwan Amirudin mengatakan kebijakan yang dikeluarkan antarlembaga pemerintah tidak solid. Pernah terjadi kebijakan kesehatan dan transportasi berbeda.

        "Penegakan kebijakan PSBB sering ditafsirkan berbeda antara penyelenggara (negara). Masyarakat mengalami tekanan psikologis tanpa solusi tepat, terutama kelompok marginal," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (30/5/2020).

        Baca Juga: Pakar Bongkar Bahaya Herd Immunity, Jutaan Nyawa Rakyat RI Bisa Melayang!

        Sekarang pemerintah mewacanakan kenormalan baru meski kasus orang terpapar Covid-19 masih cukup tinggi. Ridwan menerangkan yang harus diutamakan di masa pandemi ini adalah keamanan dan kesehatan masyarakat. Baru masuk pada masalah ekonomi.

        "Sementara ini masalah kesehatan masyarakat kita belum tuntas, sudah masuk ke sektor ekonomi. Negara-negara lain menyelesaikan masalah keamanan dan kesehatan masyarakat dulu," tuturnya.

        Untuk menciptakan wilayah aman kesehatan dan tidak ada penularan, maka harus menjaga batas wilayah. Peningkatan daya tubuh juga penting agar masyarakat tidak mudah jatuh sakit.

        Ridwan menilai kenormalan baru bisa diterapkan jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Jepang melakukan kenormalan baru setelah kurva Covid-19 landai selama enam pekan.

        "Sementara di Indonesia kurvanya masih mau menuju titik puncak, belum sampai pada pelandaian kurva. Jadi terlalu cepat dan dini jika kita masuk ke kehidupan kenormalan baru," ucapnya.

        Berdasarkan syarat yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), syarat kenormalan baru itu, antara lain, transmisi Covid-19 telah dikendalikan, kesehatan masyarakat dan kapasitas sistem kesehatan mampu untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguju, melacak kontak, mengarantina, dan mengurangi risiko wabah.

        "Pengaturan ketat terhadap tempat yang memiliki kerentanan tinggi, terutama di rumah orang lanjut usia, fasilitas kesehatan mental, dan pemukiman padat. Pencegahan di tempat kerja ditetapkan, seperti jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan etiket penerapan pernafasan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: