Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sentimen Positif Itu Bernama New Normal

        Sentimen Positif Itu Bernama New Normal Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Pingkan Audrine Kosijungan, menilai bahwa pemberlakuan skenario New Normal ditanggapi pasar secara positif. Hal ini terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian menguat dua minggu terakhir.

        Pada perdagangan bursa per tanggal 3 Juni 2020, investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih sebanyak Rp69 miliar di pasar reguler. Sementara pada perdagangan 2 Juni 2020, IHSG ditutup menguat 1,98% atau 93,89 poin ke level 4.847,5. Penutupan IHSG pada perdagangan hari itu tercatat mencapai Rp871,71 miliar. Adapun volume transaksinya mencapai 9,79 miliar saham dengan nilai transaksi Rp11,99 triliun.

        Baca Juga: Pulihkan Ekonomi, Pemerintah Diminta Fokus Perbaiki Konsumsi Masyarakat

        Seiring dengan IHSG, nilai rupiah pada kurs tengah BI (kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/JISDOR) berada di level Rp14.245. Ini menandakan rupiah menguat sebesar 1,77% dibandingkan angka kemarin.

        Tercatat, angka ini juga merupakan posisi terbaik rupiah sejak 5 Maret 2020. Pasalnya, sepanjang bulan Maret yang lalu, rupiah mengalami pelemahan tajam sebesar -14,31% terhadap dolar AS. Hal ini menunjukkan adanya technical rebound.

        "Implementasi New Normal perlu terus dijaga dan ditingkatkan kesiapannya untuk menjaga sentimen positif dan menjaga kepercayaan investor terhadap pasar. Penanganan Covid-19 masih menjadi salah satu pertimbangan investor dalam memercayakan investasinya di Indonesia. Keduanya berjalan bersamaan dan memengaruhi satu sama lain," jelasnya di Jakarta, Kamis (4/6/2020).

        Beberapa faktor, lanjut Pingkan, yang memungkinkan ini terjadi ialah intervensi pemerintah melalui Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas rupiah serta stimulus fiskal dua bulan terakhir, rendahnya defisit Current Account Deficit (CAD) selama pandemi, serta arus modal yang masuk.

        "Adanya New Normal ini membuka peluang lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar di Indonesia. Walaupun demikian, pemerintah tetap perlu mempersiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan untuk New Normal dengan matang," tambahnya.

        Setelah dua bulan terakhir pemerintah memberlakukan PSBB di sejumlah daerah di Indonesia untuk menghambat laju penyebaran Covid-19, kini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengeksplorasi dan mempersiapkan kebijakan baru dalam menyikapi pandemi ini.

        Presiden menggaungkan kebijakan baru yang disebut New Normal sebagai pola hidup baru di tengah masyarakat yang tentunya tidak lepas dari upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah selama ini dalam menangani penyebaran Covid-19. Perubahan perilaku ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas, tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan virus.

        "Yang jadi pertanyaan masyarakat selanjutnya adalah apakah pemerintah pusat dan daerah sudah siap untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut? Bagaimana dengan pergerakan kasus Covid-19 yang masih tergolong dinamis dengan angka kasus terkonfirmasi masih terus bertambah setiap harinya?" urai Pingkan.

        Ia pun melanjutkan, hal ini menunjukkan adanya kesadaran di tengah masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Tentu saja, langkah yang sudah ditempuh selama dua bulan terakhir perlu terus ditingkatkan dan dibenahi seiring dengan eksplorasi kebijakan persiapan menuju New Normal diimplementasikan di Indonesia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: