Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Duh, Duh! Rocky Gerung Sebut MK sebagai Mahkamah Konstipasi. Kenapa, Nih?

        Duh, Duh! Rocky Gerung Sebut MK sebagai Mahkamah Konstipasi. Kenapa, Nih? Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Akademisi yang juga Pengamat Politik, Rocky Gerung, mengatakan bahwa logika berpikir Mahkamah Konstitusi mengalami kekacauan dalam memutuskan hal yang menentukan jalannya demokrasi di Indonesia.

        Selama ini, kata Rocky, masyarakat kerap bertengkar mana yang menjadi problem, apakah kekacauan sistem parlementerian yang diimplan ke dalam sistem presidensial atau sebaliknya. Namun, menurut Rocky, permasalahan tidak ada di sistem tersebut, melainkan ada di cara berpikir Mahkamah Konstitusi.

        Baca Juga: Pembantu Presiden Serang Anies, Jawab Santai Rocky Gerung Seperti Menggarami...

        "Bagi saya problemnya tidak di dalam sistem presidensial atau parlementerian yang sudah jelas diuji dalam sejarah bernegara, yang kacau itu adalah sistem MK sendiri yang kacau," kata Rocky, Jumat sore (5/6/2020).

        Rocky menambahkan, dalam putusan yang dibuat, MK seringkali diintervensi oleh Istana dan juga Parlemen. Ini yang membuat fungsi MK dalam berdemokrasi tidak berjalan baik.

        "Jadi saya bayangkan misalnya MK itu kantornya di Medan Merdeka Barat, cuma ada badannya aja, badan doang itu. Otaknya diatur secara remote 500 meter dari Merdeka Barat yaitu di Merdeka Utara, itu di istana, sedangkan kakinya di rantai di Senayan di DPR," ujar Rocky.

        MK juga dinilai gagal membantu kelancaran proses politik demokrasi. "Jadi ini problemnya ada di Mahkamah Konstitusi, tugas dari mahkamah konstitusi adalah membantu pencernaan politik demokrasi, membantu pencernaan, dia menjadi enzim supaya demokrasi yang bekerja. Tetapi dia sendiri mengalami konstipasi yaitu pencernaan terganggu tidak bisa mencerna enzimnya kurang. Maka bisa disebut mahkamah konstipasi," ujarnya.

        MK, menurut Rocky, tidak bisa membuat keputusan yang independen selama masih diintervensi sejumlah pihak "Sialnya MK, dia mesti deal dengan orang yang mengangkat dia di Senayan, yang kakinya diikat di situ. Dan dia juga mesti deal dengan orang yang merestuinya di istana karena otaknya di sana, di-remote, dikontrol dari sana," ujarnya.

        Untuk itu, menurut Rocky, permasalahan seperti ini harus dapat diatasi agar MK bisa bersikap independen. Jika MK sudah bisa lepas dari intervensi DPR dan Istana, Rocky yakin MK akan jalankan fungsinya dengan benar.

        "Kalau Mahkamah Konstitusi bisa menyingkirkan atau melepaskan cengkeraman istana pada otaknya serta cengkeraman Senayan pada kakinya, maka tangannya itu tidak akan lagi terima suap," ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: