Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Di Tengah Pandemi, Caturwulan I-2019 VS Caturwulan I-2020, Ekspor Minyak Sawit?

        Di Tengah Pandemi, Caturwulan I-2019 VS Caturwulan I-2020, Ekspor Minyak Sawit? Kredit Foto: Antara/FB Anggoro
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dan produk turunannya pada April 2020 mengalami penurunan sebesar 77.000 ton dibandingkan Maret lalu.

        Data Gapki mencatat penurunan tersebut berasal dari refined palm oil sebanyak 44.000 ton dan 33.000 ton dari minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO). Adapun total ekspor minyak sawit pada April 2020 mencapai 2,65 juta ton.

        Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono menjelaskan, "Berdasarkan tujuannya, penurunan terbesar terjadi ke Bangladesh, Afrika, dan Timur Tengah masing-masing dengan 118.620 ton dan 56.000 ton karena impor yang besar ketiga negara tersebut pada Maret."

        Baca Juga: Pascapandemi, BK Ekspor Minyak Sawit Malaysia Nol, Indonesia: Sudah Lebih Dulu!

        Sementara itu, kenaikan ekspor minyak sawit yang terjadi di Pakistan mencapai 100 persen menjadi 201.000 ton. Adapun ekspor minyak sawit ke China mengalami kenaikan sebesar 37 persen menjadi 417.000 ton. Meskipun demikian, ekspor minyak sawit ke China pada April 2020 tersebut lebih rendah dibandingkan ekspor pada periode yang sama tahun lalu yang menembus 730.000 ton.

        "Sedangkan ekspor ke India dan Uni Eropa juga menunjukkan sedikit kenaikan. Tren yang positif ini diperkirakan akan berjalan terus dengan semakin meredanya pandemi Covid-19," ujar Mukti.

        Lebih lanjut Mukti mengatakan bahwa di tengah pandemi Covid-19 yang telah berjalan lebih dari dua bulan, kegiatan operasional di perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit masih berjalan normal dengan mengikuti protokol pencegahan secara disiplin.

        Produksi CPO pada April 2020 menguat 12,6 persen, sedangkan konsumsi dalam negeri turun sebesar 6,6 persen dibandingkan Maret 2020. Selain itu, harga rata-rata CPO CIF Rotterdam turun dari US$636 per MT pada Maret menjadi US$516 per MT di April. Sementara itu, nilai ekspornya mengalami penurunan sebesar 10 persen atau dari US$1,82 miliar pada Maret 2020 menjadi US$1,64 miliar pada April 2020.

        Dibandingkan caturwulan I-2019, produksi CPO pada caturwulan I-2020 lebih rendah 12,2 persen dan konsumsi dalam negeri lebih tinggi 6,2 persen. Adapun volume ekspor pada periode tersebut lebih rendah 12,1 persen dan nilai ekspornya mengalami kenaikan sebesar 9,4 persen atau dari US$6,96 miliar menjadi US$36,37 miliar.

        "Produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu merupakan efek bawaan dari kemarau panjang tahun lalu," ujar Mukti.

        Meningkatnya produksi minyak sawit pada April 2020 diharapkan menjadi titik awal fase kenaikan produksi musiman pada 2020. Di samping itu, konsumsi dalam negeri pada April turun 98.000 ton dibandingkan Maret yang disebabkan turunnya konsumsi biodiesel sebanyak 113.000 ton.

        Baca Juga: Sempat Redup, Ekspor CPO di Sumut Kembali Cerah!

        Kondisi tersebut terjadi sebagai dampak dari rendahnya mobilitas masyarakat pascapemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam proses memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Indonesia.

        Meskipun demikan, konsumsi CPO untuk keperluan pangan domestik pada April 2020 mengalami kenaikan sebesar 4.000 ton menjadi 725.000 ton. Sedangkan konsumsi oleokimia naik sebanyak 11.000 ton menjadi 115.000 ton dikarenakan tingginya kebutuhan produk pembersih, seperti hand sanitizer dan sabun di tengah pandemi.

        Konsumsi oleokimia diperkirakan masih akan bertahan meskipun ada pelonggaran PSBB dikarenakan protokol Covid-19 yang masih tetap diterapkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: