- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Pascapandemi, BK Ekspor Minyak Sawit Malaysia Nol, Indonesia: Sudah Lebih Dulu!
Sebagai upaya untuk memulihkan perdagangan internasional pascapandemi Covid-19, Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin membebaskan bea keluar (BK) untuk ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).
Ketua Dewan Minyak Sawit Malaysia, Ahmad Jazlan Yaakub mengatakan pembebasan bea keluar minyak kelapa sawit diharapkan dapat mengejar target ekspor minyak kelapa sawit sebesar 1 juta ton pada semester II-2020 ini. "Ini pasti akan membantu kami meningkatkan ekspor minyak sawit Malaysia, terutama ke India."
Harga minyak sawit patokan Malaysia telah anjlok sekitar 25 persen sejak awal tahun ini dikarenakan permintaan yang merosot akibat penutupan restoran di tengah pandemi Covid-19.
Baca Juga: Persiapan Tatanan Normal Baru, BPDPKS Susun Strategi Kampanye Sawit Model Baru
Yaakub menambahkan pembebasan BK atau penurunan tarif BK menjadi 0 persen akan diberlakukan untuk minyak sawit mentah, minyak inti sawit mentah, dan minyak inti sawit olahan yang berlaku mulai Juli-Desember 2020.
Lebih lanjut Yaakub mengatakan, "Ini berarti kita harus mampu mengekspor 16,953 juta ton minyak kelapa sawit tahun ini meski tetap akan menurun 8 persen dibandingkan dengan 2019."
Hal serupa juga sudah lebih dahulu dilakukan Indonesia, tetapi dengan syarat tertentu. Merujuk rilis Kementerian Perdagangan, bea masuk CPO untuk periode Juni 2020 dikenai tarif sebesar US$0 per MT apabila harga referensi CPO di bawah US$750 per MT.
Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana dalam keterangan resminya menyatakan, "Saat ini harga referensi CPO berada di bawah US$750 per MT. Untuk itu, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar US$0 per MT untuk periode Juni 2020."
Dengan pembebasan BK tersebut, Indonesia berpeluang untuk menggencarkan promosi ekspor minyak kelapa sawit ke negara-negara importir potensial seperti India, China, dan Pakistan. Momentum ini juga dinilai tepat mengingat India memutuskan untuk mengimpor lebih banyak lagi minyak nabati. Pada Juni misalnya, India berencana mengimpor 1,14 juta ton minyak nabati, lebih besar dari rata-rata April-Mei sebesar 865.000 ton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti