Melewati pekan pertama Juni 2020, harga rata-rata minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berdasarkan CIF Rotterdam yakni US$586,5/MT. Meskipun masih berada di tengah pandemi, nilai ini menguat 12,6 persen dibandingkan periode yang sama pada Mei yang sebesar US$ 520,5/MT.
Tidak hanya itu, pada y-o-y, harga rata-rata CPO saat ini menguat 15,2 persen dari sebelumnya yang sebesar US$509/MT. Meskipun demikian, harga rata-rata CPO tersebut masih berada di bawah harga ideal yang sebesar US$700/MT.
Baca Juga: Juni 2020: Harga Referensi CPO Turun, Biji Kakao Naik!
Posisi harga minyak mentah yang saat ini masih kokoh di level US$40/barel dan stok minyak sawit mengalami kenaikan yang lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan akan menjadi kabar baik untuk komoditas unggulan Indonesia dan Malaysia ini. Kenaikan harga minyak mentah terjadi setelah Arab Saudi, Rusia, dan koleganya (OPEC+) memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan output sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) atau setara dengan 10 persen output global hingga Juli 2020. Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC pun akan menaikkan harga minyak mentahnya untuk periode Juli 2020 tersebut.
CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi substitusi bahan bakar. Anjloknya harga minyak mentah membuat penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel menjadi kurang ekonomis sehingga permintaan pun berkurang. Kondisi ini mengakibatkan harga CPO di pasar global ambles, begitu pun sebaliknya. Jika harga minyak menguat, harga CPO akan ikut menguat karena perannya selaku barang substitusi.
Tidak hanya itu, sentimen kenaikan harga CPO juga ditopang oleh mulai meningkatnya permintaan dari dua negara konsumen CPO terbesar di dunia, yakni India dan Indonesia. Hal ini karena kedua negara tersebut akan segera memasuki masa kenormalan baru (new normal) setelah berbulan-bulan menerapkan pembatasan sosial (social dictancing).
Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah resmi melonggarkan lockdown di India terhitung pada 8 Juni. Pada Juni ini, India berencana mengimpor lebih dari 900.000 ton minyak nabati dan pada Juli mendatang jumlah tersebut dapat melebihi 1 juta ton minyak nabati. Berbagai sentimen tersebut menandakan bahwa ke depan permintaan CPO akan meningkat. Saat permintaan naik, otomatis harga pun ikut naik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum