- Home
- /
- EkBis
- /
- Agribisnis
Bukan Ngelindur Apalagi Takabur, Pandemi Covid-19 Jadikan Peluang Industri Sawit Subur
Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Setuju atau tidak, Indonesia saat ini tengah berjalan menyusuri masa kelam perekonomian yang telah melemahkan sejumlah sektor industri hingga menyentuh individual masyarakat akibat pandemi Covid-19. Kendati demikian, ternyata terbuka peluang emas bagi industri kelapa sawit untuk mengembangkan berbagai produk turunan khususnya pada produk kesehatan.
Direktur Eksekutif PASPI (Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute), Tungkot Sipayung, mengatakan bahwa dengan wabah Covid-19 ini, masyarakat dunia sekarang lebih memperhatikan kesehatan dan kebersihan. Hal ini berdampak pada konsumsi seperti sabun, deterjen, dan handwash meningkat cepat dari sebelumnya. Begitu juga dengan produk antiseptik atau pestisida lingkungan, permintaannya akan makin tinggi.
Baca Juga: Bertahan di Tengah Pandemi, Bungaran Saragih: Industri Sawit Paling Tangguh!
"Ada 6 miliar orang yang berubah. Baik konsumsinya, cara hidupnya, bahkan akan menjadi kebiasaan di setiap rumah tangga dan di mana saja. Jika sebelumnya tidak menggunakan, sekarang akan selalu memakai," ujar Tungkot.
Tungkot memprediksi, konsumsi biosurfaktan akan meningkat, khususnya yang berbahan baku dari sawit. Selain itu, prospek pengembangan produk turunan minyak sawit sebagai vitaman A dan E, serta virgin red palm oil kemungkinan cukup besar. "Demand produk untuk imunitas ke depan makin besar. Ini peluang bagi industri sawit," tegasnya.
Data Marketwatch terkait besarnya pasar biosurfaktan dunia menunjukkan bahwa jika tahun 2018 nilai pasar biosurfaktan hanya US$27,55 miliar, tahun 2028 diperkirakan mencapai US$46,84 miliar. Begitu pun dengan pertumbuhan nilai pasar antiseptik dan disinfektan yang naik dari US$3,99 miliar pada tahun 2018 menjadi US$5,52 miliar di tahun 2022.
Menurut Tungkot, dari data tersebut dapat terlihat adanya tren internasional untuk menggantikan surfaktan berbahan baku petrolium yang dianggap tidak sehat menjadi biosurfaktan dari oleochemical yang lebih ramah lingkungan, termasuk sawit.
Lebih lanjut Tungkot mengatakan, "Ada pergeseran surfaktan ke biosurfaktan dari sawit. Ini kesempatan industri sawit memperluas penggunaan sawit. Ada ratusan produk yang bisa dibuat, seperti deterjen, shampo, dan sabun mandi."
Melihat kondisi tersebut, industri sawit menjadi penting untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Pusat pasar biosurfaktan ada di China, India, Eropa, Amerika Serikat, bahkan di Indonesia. "Intinya, pasar makin besar. Jadi, pemerintah bisa memberikan insentif di hulu untuk perbaiki produktivitas sawit dan teknologi menjadi penggeraknya. Pendekatannya melalui satu sistem, jangan terpecah-pecah," katanya.
Tungkot kembali menegaskan, Covid-19 bukan masalah bagi industri sawit, justru menjadi kesempatan untuk melompat ke teknologi baru. Covid-19 juga mempercepat adopsi industri yang dihela dengan bioteknologi.
"Di sisi lain juga memberikan kesempatan bagi peluang baru khususnya produk biosurfaktan pada masa depan. Jadi, industri sawit perlu dirawat bersama-sama," harapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: