Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bertahan di Tengah Pandemi, Bungaran Saragih: Industri Sawit Paling Tangguh!

Bertahan di Tengah Pandemi, Bungaran Saragih: Industri Sawit Paling Tangguh! Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lesunya perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19 sudah dirasakan dan menjadi daily report bagi masyarakat Indonesia. Mantan Menteri Pertanian Indonesia sekaligus Pengamat Pertanian, Prof. Bungaran Saragih, mengatakan bahwa wabah Covid-19 telah membuat penurunan pertumbuhan ekonomi dari 2,5 persen tahun lalu menjadi 2,3 persen pada kuartal-I 2020 ini.

Namun, di tengah menurunnya pertumbuhan ekonomi global dan nasional, industri perkebunan kelapa sawit masih mampu berdiri tegak dan berjalan normal. Lebih lanjut Bungaran menegaskan, "Industri sawit memang sedikit tergores, tapi masih normal. Industri sawit yang paling tangguh di negeri ini dan sebagai andalan."

Baca Juga: Konsumsi Sawit: Buy One, Get Three Benefit!

Kendati mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19, Bungaran mengingatkan, masih ada tantangan bagi industri sawit, khususnya dalam pemasaran produk minyak sawit, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. "Harus ada usaha besar-besar men-created demand dalam negeri dan luar negeri. Bukan hanya memelihara pasar yang sudah ada, tapi juga membuka pasar baru," ujarnya.

Selama ini, pasar ekspor terbesar minyak sawit Indonesia adalah China, India, dan Eropa. Akan tetapi, kini harus diperluas ke Timur Tengah.

"Dengan adanya corona, negara penghasil minyak makan lainnya seperti Brasil dan Argentina mengalami penurunan produksi. Ini menjadi opportunity bagi kita yang harus dipertahankan. Kita beruntung punya industri sawit yang besar," tuturnya.

Bungaran kembali mengingatkan, adanya wabah Covid-19 menjadi tantangan bagi industri sawit untuk memasukkan unsur baru dalam produknya, yakni standar kesehatan. Jadi, bukan hanya produktivitas sawit petani saja yang meningkat, tetapi kualitasnya juga meningkat. Oleh karena itu, ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) harus diperhatikan.

"Prediksi saya, tuntutan sustainable dalam suasana new normal akan lebih tinggi di level internasional. Apalagi, penyebaran corona akibat lingkungan tidak sehat," ujar Bungaran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: