Implementasi tata kelola perusahaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI mulai ada peningkatan baru tahun ini. Pasalnya, perusahaan plat merah ini mampu meraih raih skor 87,116 dengan klasifikasi sangat baik dalam implementasi aspek Good Corporate Governance (GCG).
Menurut Direktur PTPN XI, Dwi Satriyo Annurogo, meski ada peningkatan bila dibandingkan tahun lalu, pihaknya terus akan melakukan perbaikan dalam implementasi tata kelola perusahaan yang baik.
"Ada peningkatan skor bila dibanding tahun 2018 lalu yakni 84,231 menjadi 87,116 di tahun 2019. Meskipun begitu, kami menilai skor sebagai indikator, sehingga kami harus terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam melaksanakan nilai GCG di operasional perusahaan, terutama hal yang mendasar untuk lebih baik lagi,” terang Dwi Satriyo Annurogo diSurabaya, Jumat (3/7/2020).
Baca Juga: Erick Rombak Komisaris Grup PTPN
Baca Juga: Terkumpul Miliaran Rupiah, THR Direksi & Komisaris PTPN Akan Digunakan untuk...
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pihaknya akan memanfaatkan sistem informasi teknologi untuk mempermudah pengawasan implementasi GCG di PTPN XI kedepannya.
"Kita sudah memasuki revolusi industri 4.0, dan kondisi pandemik covid-19 saat ini memaksa ,dalam tanda kutip, kita untuk lebih meningkatkan penggunaan IT. Untuk memudahkan, maka kami sedang membangun sistem IT untuk monitoring implementasi GCG di PTPN XI ,” ungkapnya terkait hasil meeting asesment GCG Kinerja tahun 2019 melalui video conferences kemarin sore.
Disinggung soal Pembentukan Holding RS BUMN ? Dwi Satriyo Annurogo secara tegas mengatakan, pihaknya telah menandatangani Perjanjian Pengambil alihan Saham Bersyarat (Conditional Sales and Purchase Agreement/CPSA) sebagai pemegang saham mayoritas PT Nusantara Sebelas Medika hal ini katanya, sesuai roadmap pembentukan Holding RS BUMN yang dijelaskan oleh Menteri BUMN Erick Thohir beberapa hari lalu.
"Kami bersama enam BUMN lainnya akan mengalihkan saham rumah sakit yang kami kelola untuk nantinya menjadi Holding RS BUMN dengan PT Pertamina Bina Medika IHC sebagai holdingnya. Hal ini untuk kepentingan lebih besar, diharapkan selain meningkatkan performa kinerja rumah sakit juga IHC akan menjadi salah rumah sakit yang memiliki jaringan terbesar di Indonesia,” ujarya
“Bapak Menteri (Erick Thohir, red) sudah menjelaskan bahwa, integrasi RS BUMN ini akan meningkatkan fokus bisnis dan kualitas pelayanan kesehatan serta akan menjadikannya pemimpin pasar dalam bisnis rumah sakit di Indonesia. Secara konsolidasi grup RS BUMN diestimasikan memiliki pendapatan usaha hingga mencapai Rp4,5 trilyun dan total aset mendekati Rp5 trilyun,” beber Dwi Satriyo Annurogo
Perlu diketahui, PT Nusantara Sebelas Medika adalah anak perusahaan PTPN XI bergerak dibidang jasa kesehatan dan mengelola 4 rumah sakit yakni RS Djatiroto di Lumajang, RS Wonolangan di Probolinggo, RS Elizabeth di Situbondo dan RS Lavalette di Malang. Saat ini dua diantaranya mendapat penugasan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjadi RS rujukan covid 19, RS Djatiroto dan RS Lavalette.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil