Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menyorot Ketegangan Dua Raksasa India vs China

        Menyorot Ketegangan Dua Raksasa India vs China Kredit Foto: Reuters/Rupak De Chowdhuri
        Warta Ekonomi -

        Hubungan India dengan China belakangan memanas. Penyebabnya, konfrontasi di perbatasan kedua negara. Bahkan, aksi yang berlangsung pertama kalinya sejak 1975 itu menimbulkan korban dari militer kedua negara.

        Konfrontasi tersebut akan jadi momen kunci bagi negara-negara lain terutama di Asia. Saat ini sejumlah negara tengah mengamati sepak terjang China dan tengah berusaha untuk memahami setiap langkah yang dilakukan Negeri Panda ini.

        Baca Juga: Mobilisasi Militer India Lebih Cepat dari Perkiraan, China Kaget

        Kendati demikian, dalam pidato yang ditunggu sejumlah pihak pada 30 Juni lalu, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi tak menyinggung persoalan dengan China. Alih-alih membahas hal tersebut, Modi memilih menyinggung soal wabah Covid-19 dan bantuan sosial.

        Sejumlah pihak menilainya aneh. Modi tampaknya memilih berhati-hati. Pengamat dari Nanyang Technological University, Singapura, Sinderpal Singh mengatakan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India secara historis lebih keras terkait persoalan dengan China daripada Partai Kongres.

        BJP menganggap Kongres dan beberapa partai "kiri" di India secara ideologis lebih bersimpati kepada China. BJP dan kelompok-kelompok nasionalis lainnya menyalahkan kekalahan memalukan India dari China pada 1962. Saat masih menjadi oposisi pada 2014, BJP secara terbuka menuduh Kongres atas kekalahan tersebut.

        Dari laporan Henderson Brooks yang bocor, soal kekalahan India 1962 disebut sebagai kesalahan Kongres dan strategi gagal PM Jawaharlal Nehru.

        Sejak kemenangan besar BJP pada 2014, perdebatan di India soal China berubah. Dalam perdebatan publik, banyak pendukung BJP memiliki pandangan bahwa pemerintah Modi tidak akan menyerah pada taktik dan ancaman China "melawan" India. Baik di perbatasan maupun di Asia Selatan.

        Di India, banyak pengamat percaya bahwa China sengaja mengumbar masalah perbatasannya dengan India. Dan menguji tekad India melalui serangan sesekali ini yang juga membantunya mencapai ekspansi teritorial secara bertahap.

        Sebelumnya, Pemerintah India diyakini tidak memiliki kemauan politik berurusan dengan China. Tapi, sejalan dengan citra dan kebijakan domestiknya, pemerintah di bawah BJP dianggap lebih tegas dan berani pada China. Perdebatan itu membuat citra BJP sebagai pihak yang menentukan dalam membela kepentingan India.

        Di sisi lain, di dalam pemerintahan, pengaruh Dr S Jaishankar telah terus meningkat. Penyebabnya, pertama, dia adalah Menteri Luar Negeri (Menlu) dalam masa jabatan pertama PM Modi. Dan dia masih menjabat di posisi itu hingga saat ini.

        Soal urusan dengan China, kata Singh, sikap Jaishankar dapat dilihat dari pernyataan publiknya sejak penunjukkannya sebagai Menlu. Dan secara signifikan mempengaruhi pendekatan PM Modi ke China.

        Di awal, pendekatan itu terdiri tiga bagian. Pertama, pengakuan bahwa India dan China saling bersaing. Dan sengketa perbatasan adalah gejala. Bukan penyebab persaingan strategis ini. Tapi, jika India dan China tidak bisa mengelola persaingan tersebut maka konflik militer antara kedua negara di kemudian hari tidak bisa dihindari.

        Meski pihak India mengakui bahwa ingin perselisihan diselesaikan secara damai. "Tapi, India harus membuat garis merahnya jelas bagi China dan bersiap untuk bertindak jika ini dilintasi," ujar Singh.

        Kedua, diyakini bahwa kebijakan luar negeri China didorong Partai Komunis China (PKC) dan mereka ingin memastikan legitimasi domestiknya tetap utuh. Kritik publik terhadap China, termasuk kebijakan luar negerinya bisa membuat PKC tidak nyaman. Karena dipandang sebagai ancaman langsung terhadap legitimasi domestik PKC. 

        Dengan demikian Pemerintah India yang didukung BJP menahan kritik publik terhadap China. Bahkan, Pemerintah Modi tampaknya lebih ingin mengomunikasikan pandangan India secara pribadi di tingkat tinggi antara Presiden China Xi Jinping dan PM Modi.

        Ketiga, pemerintah awalnya percaya bahwa ada ruang bagi China dan India untuk menangani masalah-masalah yang lebih kecil, bersama-sama meskipun terbatas. Termasuk perdagangan dan investasi sejalan dengan tujuan Modi untuk pembangunan ekonomi India. Namun, pada awal masa jabatan kedua Modi menjadi jelas bahwa menemukan bidang kerja sama yang umum terbukti tidak realistis.

        "Secara khusus, gagasan awal tentang kemungkinan kerja sama ekonomi win-win dengan China tampaknya semakin tidak realistis dalam konteks defisit perdagangan yang sangat besar dengan negara tersebut," ucap Singh.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: