Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sekjen Serukan Reformasi Dewan Keamanan PBB, IMF, dan Bank Dunia

        Sekjen Serukan Reformasi Dewan Keamanan PBB, IMF, dan Bank Dunia Kredit Foto: Un.org
        Warta Ekonomi, New York -

        Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menuding kekuatan dunia atau negara-negara maju mengabaikan ketidaksetaraan dalam institusi global.

        Namun, dia mengungkapkan, pandemi corona justru mampu menciptakan “kesempatan umum” untuk membangun kesetaraan lebih luas dan dunia yang lebih berkelanjutan.

        Baca Juga: PBB Minta Sumbangan Rp152 Triliun buat Cegah Bencana Kelaparan

        Itu disampaikan Guterres dalam kuliah tahunan Nelson Mandela Foundation melalui internet. Dia menekankan perlunya New Global Deal untuk menjamin kekuasaan, kekayaan, dan kesempatan untuk dibagi secara adil serta lebih luas pada level internasional.

        “Negara-negara yang berada di atas selama lebih dari tujuh dekade telah menolak berkontemplasi mereformasi untuk mengubah hubungan kekuasaan di institusi internasional,” ujar Guterres.

        “Komposisi dan pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB dan dewan Bretton Woods menjadi hal yang menjadi sasaran,” ujarnya.

        Sistem Bretton Woods termasuk Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Guterres pun menyerukan ketidaksetaraan itu memang harus direformasi. Dia mengungkapkan, pandemi telah mengungkap mereka semua.

        “Seperti sinar-x, keretakan tulang di masyarakat yang sudah dibangun telah terlihat,” katanya.

        Pandemi, menurut Guterres, telah mengungkap “kekeliruan dan kepalsuan” di mana-mana.

        “Kebohongan di mana pasar bebas bisa mewujudkan perawatan kesehatan untuk semua, fiksi pekerja perawatan yang tidak dibayar; delusi di mana kita hidup di dunia pos-rasisme, mitos yang menyebutkan bahwa kita berada di kapal yang sama,” ujar mantan Perdana Menteri Portugal berhaluan sosialis.

        Guterres mengungkapkan, ketika banyak orang berlayar di lautan yang sama, sebagian orang menggunakan kapal mewah, sedangkan lainnya bergantung pada sampah mengambang. Itu terbukti saat pandemi karena negara kaya gagal mewujudkan dan membantu dunia berkembang.

        “Pandemi telah menyebabkan tragedi perpecahan antara kepentingan diri dan kepentingan bersama. Kesenjangan besar dalam struktur pemerintahan dan kerangka etik,” ujarnya.

        Perubahan dunia membutuhkan perlindungan sosial baru dengan jaringan keselamatan, termasuk perawatan kesehatan universal dan kesempatan mendapatkan gaji dasar yang sama.

        “Saat ini adalah waktunya pemimpin dunia memutuskan; akankah kita akan tenggelam ke kekisruhan, perpecahan, dan ketidaksetaraan? Atau kita bergerak ke arah tepat dan bersama-sama menuju kebaikan semuanya,” katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: