Politisi PDIP Adian Napitupulu kembali mengkuliti setiap kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Termasuk langkahnya dalam meluncurkan logo Kementerian usai Presiden Jokowi mengancam akan me-resshufle kabinet.
“Dulu ramai-ramai soal Harley Davidson, sekarang mana kasusnya? Apakah hal-hal seperti ini kemudian menjadi acuan untuk mereshuffle, itu bukan urusan saya, itu urusan presiden,” ujarnya dalam ‘Bincang Santai Dengan Adian Napitupulu’ yang disiarkan langsung di YouTube, Kamis (23/7).
Baca Juga: Adian Serang Erick Thohir, Anah Buahnya Langsung Balas
Baca Juga: Pukulan Adian ke Erick Makin Keras, Jokowi Itu Presiden, Bukan...
Lanjutnya, aktivis 98 ini, ia juga menyindir pernyataan Erick yang menyebut ada 53 kasus dugaan korupsi di BUMN. “Menteri bilang 53 terindikasi korupsi, mana? Bawa dong ke KPK. Menteri BUMN tak punya wewenang (mengusut itu),” ucapnya.
Kemudian, ia juga memberikan sindiran kepada Erick terkait logo baru Kementerian BUMN tak lama setelah presiden marah-marah.
Padahal, menurutnya, kondisi Presiden marah karean banyak kementerian yang tidak menunjukkan performa yang baik dalam penyerapan anggaran. Sementara di sisi lain, rakyat sangat membutuhkan kebijakan yang cepat, untuk mengatasi krisis yang ada.
“Menteri BUMN malah buat logo baru. Pertanyaannya, apa hubungan logo dengan kelaparan rakyat, utang dan lain-lain? Apakah ini bisa direshuffle? Ya presiden yang tahu,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia mengistilahkan kondisi Indonesia saat ini ibarat sebuah jalanan, dimana Indonesia terpuruk, dan membutuhkan para pengambil kebijakan untuk memberikan solusi yang terbaik.
“Situasi saat ini bukan jalanan lurus dan mulus, nyaman udaranya. Ibarat jalan, kondisi sekarang ini jalannya menanjak ke atas, sangat curam. Ada bebatuan, petir dan gledek karena wabah COVID-19,” ucapnya.
Terkait itu, ia mengaku khawatir jika kabinet tidak bisa berubah menjadi lebih baik, Indonesia tidak akan sampai pada tujuan yang diinginkan seperti visi misi presiden.
“Mungkin yang dibutuhkan bukan kecepatan, tetapi tenaga. Mungkin menteri yang biasanya tidur 8 jam, sekarang 3 jam sehari. Jangan-jangan menteri yang dibutuhkan sekarang harus terus berkeliling dan tidak pulang-pulang ke rumah,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil