Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pegung Gambut, Kearifan Lokal Desa Tri Mandayan Menyimpan Air

        Pegung Gambut, Kearifan Lokal Desa Tri Mandayan Menyimpan Air Kredit Foto: Kemendes-PDTT
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anggaran dana desa sebesar Rp72 triliun dari Rancangan APBN 2021 mengalami kenaikan 1,1% dari 2020. Dana tersebut difokuskan untuk pemulihan ekonomi desa dan pengembangan sektor prioritas, seperti usaha budi daya pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan.

        Dana desa 2021 dapat memperbaiki alokasi dan mendorong kinerja transformasi desa. Salah satu contoh aplikasi dana desa dilakukan di Desa Tri Mandayan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Dana desa melengkapi kinerja masyarakat dalam membangun sekat kanal yang diinisiasi sejak 2018.

        Fasilitator Desa Tri Mandayan 2018, Wendrika mengatakan, sebelum dana desa digulirkan, masyarakat Desa Tri Mandayan menggunakan dana swadaya untuk membangun sembilan sekat kanal di tiga dusun; Dusun Tanjung Gunung, Dusun Saiyung, dan Dusun Sebadi. Menurutnya, sejak awal warga Desa Tri Mandayan mudah diajak diskusi dan mengenal beberapa program Badan Restorasi Gambut (BRG).

        Baca Juga: Pupuk Kaltim Kembangkan PreciPalm, Teknologi Perkebunan Sawit

        Baca Juga: Dana Otsus Rp7,8 Triliun, Semua Pihak Harus Duduk Bersama

        Wendrika menyebut, warga tertarik mengembangkan sekat kanal secara swadaya karena melihat teknik yang sama juga telah digunakan warga terdahulu. Warga Desa Tri Mandayan terdahulu menggunakan istilah pegung untuk menjaga ketersediaan pasokan air di lahan gambut.

        "Mereka enggak tahu kalau itu kearifan lokal," ungkap Wika, sapaan akrabnya. 

        Pegung terbuat dari papan kayu. Meski secara desain pembangunan beda, fungsi pegung tak lain untuk pembasahan lahan gambut.

        "Sebenarnya warga punya tapi enggak sadar. Padahal fungsinya pembasahan, membantu menjaga air tetap ada di lahan gambut, tetap lembab," imbuh Wika.

        Setelah mendengar paparan warga, Wika mengajak kolaborasi. Dia menggandeng seorang warga bernama Karni untuk mengembangkan sekat kanal secara swadaya. Karni diajak karena punya pengalaman membuat pegung dan parit untuk membawa kayu dari hutan. Warga itu pun berinisiatif memanfaatkan kayu sisa proyek pembangunan sekolah dan terpal bekas. Di dusunnya, dia mulai membangun sekat kanal.

        Kolaborasi pengalaman milik Karni dan pengetahuan mengenai desain pembasahan lahan yang diberikan BRG ini awalnya sempat diragukan. Tetapi, pembuktian datang ketika musim kemarau pada 2018.

        Tidak adanya sekat membuat api kiriman dari desa tetangga kebakaran di lahan gambut. Beruntung, pegung yang diinisiasi warga masih menyimpan air. Dengan persediaan air yang ada, proses pemadaman terbantu.

        Pembuktian itulah yang mendorong warga di dua dusun di desa Tri Mandayan mulai membangun sekat kanal secara swadaya. Tak ketinggalan, pemerintah Desa Tri Mandayan memperkuat kolaborasi dan pembangunan sekat kanal itu dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes).

        Pihak desa juga menguatkan peran edukasi dengan Peraturan Desa (Perdes) mengenai pengelolaan ekosistem gambut. Kepala Desa Tri Mandayan, Bujang Suhardi mengatakan, selain memasukkan rencana penanggulangan kebakaran lahan, pihaknya juga menyiapkan pelatihan. Pihak desa menggelar pelatihan penggunaan peralatan pemadam kebakaran.

        "Ada peralatan yang untuk memadamkan kebakaran yang diajarkan," ucap Suhardi.

        Pelatihan yang digelar juga menyasar edukasi Pengelolahan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Sekat kanal atau pegung bak membangun kembali ingatan warga tentang kearifan lokal yang mereka miliki. Selain terhindar dari kebakaran, warga juga mulai merasakan dampak ekonomi yang dihasilkan.

        "Baru setelah ada sekat kanal, lahan baru bisa dikelola," ucap Suhardi.

        Selanjutnya warga dusun bisa memanfaatkan lahan gambut basah itu untuk budi daya tanaman hortikultura, seperti sayur mayur dan buah-buahan. Tanaman hortikultura itu dibudidayakan di sela-sela karet dan kopi. Selain itu warga juga punya produk andalan berupa jahe instan.

        "Meski izin edarnya belum keluar, proses pembuatan jahe instan ini patut mendapat apresiasi," tutup Suhardi. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: