Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Masih Jadi Korban Ransomware Terbanyak Kedua se-Asean

        Indonesia Masih Jadi Korban Ransomware Terbanyak Kedua se-Asean Kredit Foto: Unsplash
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Tiga tahun setelah insiden Wannacry yang tidak dapat dihindari, bahkan di Indonesia, dunia masih menghadapi tantangan dalam memerangi jenis ancaman ini di tengah pandemi global.

        Karena ransomware adalah salah satu sorotan utama dari ancaman dunia maya di Asia Tenggara, perusahaan dan organisasi dari wilayah tersebut perlu meningkatkan keamanan mereka untuk menghindari jatuhnya korban dari ancaman ransomware yang sangat merugikan.

        "Serangan ransomware Wannacry pertama dihadapi Indonesia pada beberapa tahun lalu. Hal itu menunjukkan bahwa bisnis dalam segala bentuk dan ukuran harus meningkatkan protokol dan infrastruktur keamanan siber mereka agar tidak menjadi korban ancaman ini," kata Dony Koesmandarin, Territory Channel Manager untuk Indonesia di Kaspersky, Rabu (2/9/2020).

        Baca Juga: Pandemi Belum Usai, UKM Asia Tenggara Dibombardir Serangan Siber

        Baca Juga: Induk Rumah.com Terima Tambahan Investasi Rp3,2 Triliun

        Statistik terbaru Kaspersky menunjukkan bahwa 831.105 percobaan ransomware telah diblokir di wilayah Asia Tenggara selama paruh pertama tahun ini, 298.892 di antaranya merupakan upaya terhadap pengguna di Indonesia.

        Angka tersebut berada di bawah Vietnam dengan 380 ribu lebih serangan di paruh pertama 2020.

        Meskipun deteksi ransomware di negara ini 69% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, hampir setengah (49%) dari upaya yang terdeteksi dari Januari hingga Juni 2020 ditargetkan pada sektor enterprise di Indonesia, kemudian diikuti oleh konsumen (39,94%) dan UKM (2,13%).

        Lima besar ransomware yang terdeteksi di Indonesia selama paruh pertama 2020, meliputi Trojan-Ransom.Win32.Gen, Trojan-Ransom.Win32.Stop, Trojan-Ransom.Win32.GandCrypt, Trojan-Ransom.Win32.Cryakl, dan Trojan-Ransom.Win32.Wanna.

        "Sementara laporan kami menunjukkan lebih sedikit ransomware yang diblokir. Penting untuk dicatat, perusahaan di Indonesia adalah target utama aktor ancaman terkait. Penerapan kerja dari rumah saat ini memperluas serangan dan meningkatkan celah yang dapat dieksploitasi penjahat dunia maya," kata Dony.

        Lanjutnya, "sekarang waktu terbaik bagi perusahaan dan organisasi mengevaluasi kesiapan mereka dalam menghindari dan menghadapi ransomware. Kebiasaan dasar seperti mencadangkan data, menggunakan perangkat lunak yang sah, menerapkan solusi keamanan yang kuat menjadi langkah sederhana, namun sangat membantu."

        Ransomware telah menjadi tantangan besar bagi banyak organisasi di dunia, termasuk Indonesia walaupun taktik yang digunakan masih sangat kuno seperti email phishing, website yang terinfeksi program berbahaya, atau software yang tidak diperbarui.

        Pada 2019 saja, organisasi kehilangan rata-rata US$1,46 juta karena insiden ransomware, termasuk biaya downtime, pembayaran denda, dan kerusakan reputasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: