Bukan Main! 1 Miliar Serangan Siber Terjadi di Indonesia di 2022, Pakar Beberkan 4 Dampak Serius Ini
Bank Syariah Indonesia (BSI) diduga kena serangan siber ransomware pada Senin (8/5/2023) lalu. Gangguan layanan perbankan ini membuat ATM, internet banking, dan mobile banking BSI tidak bisa diakses.
Selanjutnya, pada Sabtu (13/5/2023), kelompok peretas LockBit mengeklaim mereka telah meretas sistem BSI dan mencuri 1.5 TB data nasabah.
Baca Juga: Indonesia Darurat Serangan Siber, Pakar Keamanan Siber Soroti Pentingnya UU PDP
Kasus serangan siber yang dialami bank BUMN ini bukan satu-satunya kasus serupa di Indonesia. Menurut data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Indonesia mengalami hampir 1 miliar serangan siber di tahun 2022, yang terdiri dari berbagai jenis seperti malware, Denial of Service, ransomware, dan botnet.
Sektor yang paling rentan dan jadi target serangan siber adalah sektor keuangan. Sejak tahun 2009 hingga 2020, 23% dari total kasus serangan siber terjadi pada sektor keuangan, terbesar dibanding sektor lain seperti retail, media, dan edukasi.
Di Indonesia sendiri, dalam enam bulan terakhir, lembaga keuangan rata-rata diserang sebanyak 2.730 kali per minggu, 225 persen lebih banyak dibandingkan rata-rata kasus global.
Untuk itu, penting bagi individu, perusahaan, maupun negara untuk memahami dampak dari serangan siber.
Menurut konsultan inovasi Indrawan Nugroho dalam video "Bukan Hanya BSI. Lembaga Keuangan Kita Diserang 2730x Seminggu. Kenapa?" di kanal YouTube Dr. Indrawan Nugroho pada Kamis (1/6/2023) lalu, berikut beberapa dampak serangan siber:
1. Hilangnya kekayaan intelektual dan data yang bersifat rahasia
Menurut survei PWC di tahun 2018, sekitar 24% responden kehilangan kekayaan intelektual akibat kejahatan ekonomi, termasuk serangan siber. Salah satunya terjadi pada perusahaan produsen film dan acara televisi Sony Pictures yang kehilangan naskah film dalam serangan siber di tahun 2014.
2. Gangguan operasional
Operasional perusahaan akan terhambat ketika ada serangan siber. Hal ini akan menambah jumlah kerugian yang dialami perusahaan. Selain itu, dibutuhkan juga biaya untuk memulihkan sistem yang diserang.
Baca Juga: Rentan Kena Serangan Peretas, Indonesia Kekurangan SDM di Bidang Keamanan Siber?
3. Kerugian yang berlapis
Selain rugi karena operasional yang terhambat, perusahaan yang diserang secara siber akan menghadapi kerugian lainnya. Di antara kerugian tersebut adalah biaya dan tenaga untuk investigasi insiden, komunikasi krisis, hingga memberikan kompensasi bagi pelanggan.
4. Bisa dituntut ke ranah hukum
Pada dasarnya, serangan siber memanfaatkan celah, baik pada aspek teknis maupun aspek lengah manusia. Jika terbukti melanggar perlindungan data, perusahaan bisa saja dituntut secara hukum oleh pelanggan atau pihak lain yang dirugikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tara Reysa Ayu Pasya
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement