Putus Sekolah, Pria Ini Justru Jadi Miliarder Berharta Rp251 T

Goh Cheng Liang merupakan salah satu orang terkaya di Singapura melalui Wuthelam Holdings, yang memproduksi cat dan pelapis. Ia tak pernah merasakan bangku sekolah. Meski demikian, terdapat informasi yang mengatakan bahwa Goh Cheng Liangi pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD).

Goh lahir pada tahun 1928 di Singapura. Dikisahkan bahwa ia dan keluarganya hanya tinggal di sebuah ruko di jalan lembah sungai dan harus bertahan hidup dengan penghasilan satu dolar per bulan.

Baca Juga: Pendiri Zoom Debut Jadi Miliarder Dunia, Ini Total Kekayaannya!

Saat Perang Dunia 2 pecah, orang tua Goh ikut berperang dan mengirimnya ke Muar di Malaya. Ia bekerja dengan suadara iparnya menjual jaring ikan sebelum kembali ke Singapura pada tahun 1943.

Sebelum mendirikan perusahaan cat, ia sempat menjual soda, namun sayang harus gagal. Lalu ia pun bekerja di toko perangkat keras selama empat setengah tahun.

Tahun 1949 menjadi kesempatan emasnya saat Angkatan Darat Inggris melelang persediaan tentara dan dia membeli barel cat yang sudah berkarat. Berbekal pengetahuan yang dibacanya dari buku, dia mulai mencampur bahan dan pelarut dan menciptakan merek catnya sendiri, yang dikenal sebagai Cat Pigeon.

Perang Korea tahun 1950 menjadi anugerah buatnya karena impor terbatas sehingga catnya terjual dengan cepat. Pada tahun 1959 bisnisnya pun tumbuh besar saat ia menjadi distributor cat Nippon. Sejak saat itu perusahaannya menjadi produsen cat terbesar di Asia.

Tanpa sekolah, Goh berhasil menjadi seorang konglomerat melalui Wuthelam Holdings. Tahun 2015, Goh sempat menjadi orang terkaya Singapura. Tahun 2014 juga ia mendapat gelar Pahlawan Filantropi.

Goh merupakan sosok yang murah hati dan kerap memberikan donasi untuk penelitian medis, baik secara pribadi ataupun melalui oragnisasi amalnya.

Berkat kerja kerasnya, hari ini menurut Forbes ia adalah orang terkaya ke-3 di Singapura dengan ia menjadi distributor Nippon Paint Jepang. Kekayaannya pun mencapai USD16,9 miliar atau Rp251 triliun.